SEBUAH sangkar besi tidak bisa mengubah rajawali menjadi seekor burung nuri
Rajawali adalah pacar langit dan di dalam sangkar besi Rajawali merasa pasti bahwa langit akan selalu menanti
Tujuh langit, tujuh rajawali tujuh cakrawala, tujuh pengembara
Rajawali terbang tinggi memasuki sepi memandang dunia
Rajawali di sangkar besi duduk bertapa mengolah hidupnya
Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati Rajawali mata kita hanya melihat matamorgana
Rajawali terbang tinggi membela langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka
Sajak W.S Rendra di atas dibuat pertengahan tahun 1970 an, saat kebebasan berpendapat untuk menuntut keadilan dibelenggu oleh rejim Soeharto. Tidak sedikit aktivis mahasiswa dan kaum muda intelektual dijebloskan ke penjara karena mereka berani bersuara lantang tentang ketidakadilan. Bahkan kreativitas dan kebebasan organisasi kemahasiswaanpun dibelenggu oleh kebijakan NKK/BKK Menteri Pendidikan Daud Joesoef tahun 1978.
Rendra menggunakan Burung "Rajawali" dalam puisinya karena "Rajawali" sering didentikkan dengan orang-orang yang memiliki kepribadian pemberani dan pejuang tanpa kenal menyerah. Melalui pusinya tersebut Rendra terus berharap agar mahasiswa dan aktivis lainnya terus berani berjuang melawan ketidakadilan meskipun pemerintah telah membelenggu organisasi mahasiswa.
Puisi Rajawali Rendra tersebut sangat tepat bila kita ingin melihat dan memahami situasi dan kondisi Presiden Jokowi belakangan ini.
Saat masih menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Rajawali Jokowi terbang cukup tinggi menjelajah luas langit daerahnya yang tidak terlalu luas untuk memahami kondisi rakyat di bawahnya. Masyarakat menyebut program menjelajah langit tersebut sebagai "blusukan".
Sesaat kembali mendarat ke bumi, sang Rajawali Jokowi langsung mengeluarkan kebijakan "pro rakyat kecil" dan segera bisa dilaksanakan oleh jajarannya. Melalui program blusukan dan dialog tersebut pula Jokowi mampu menyelesaikan beberapa persoalan penting di masyarakat dengan damai.
Namun saat Jokowi menjadi Presiden RI ke 7, langit yang harus dijangkau Rajawali Jokowi ternyata jauh lebih luas. Demikian juga kompleksitas permasalahan dan tantangan yang dihadapinya. Blusukan ternyata tidak cukup memberikan jawaban terang mengenai permasalahan yang ada di masyarakat.
Program yang diinginkan Jokowi juga tidak mudah dilaksanakan. Ada DPR yang dikuasai oleh pihak oposisi KMP. Di sekeliling Jokowi ada Partai dan elite politik KIH yang haus kekuasaan. Ada pula relawan yang mengharapkan durian runtuh untuk bisa berada di lingkaran satu Jokowi seperti saat berkampanye. Tidak ketinggalan, kelompok pengusaha yang telah memberikan dana selama masa kampanye dan ternyata juga memiliki kepentingan tersendiri.
Kesemua kepentingan tersebut telah membawa Rajawali Jokowi ke sangkar besi dan cenderung mengubahnya menjadi seekor burung nuri. Tapi seperti Rendra katakan bahwa pacarnya Jokowi adalah langit luas atau seluruh rakyat Indonesia. Karena sebenarnya, melalui suara pacarnya itulah Jokowi berhasil menjadi Presiden RI ke 7.
Rendra menyatakan langit tanpa Rajawali adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma. Demi pacarnya sang langit atau rakyatnya itu pula Rajawali Jokowi berjanji menyerahkan marwahnya dan membangun sukma melalui program Nawa Cita.
Rajawali Jokowi sadar untuk mewujudkan program Nawa Cita kepada sang pacar, Jokowi membutuhkan Rajawali-Rajawali yang juga kuat, berani, jujur, dan selalu mengedepankan kepentingan pacarnya serta bersedia melepaskan atribut partai, organisasi maupun perusahaan. Tim yang dibangun Jokowi kemudian disebut sebagai Kabinet Kerja.
Namun pada kenyataannya Rajawali Jokowi cukup sulit menemukan burung Rajawali lainnya. Karena saat mulai mencari personil tim di Kabinet Kerja, di samping ada upaya dari pendukungnya baik langsung maupun tidak langsung ingin menjadikan Rajawali Jokowi menjadi burung nuri dan berada dalam sangkar besi mereka. Juga banyak kandidat yang diajukan ternyata tidak perkasa atau bersih dari dugaan korupsi.
Proses itu mulai terlihat saat pembentukan tim transisi, pengajuan kandidat menteri, kerjasama minyak dengan Angola, penetapan Jaksa Agung , penetapan BG sebagai Kapolri. Dan terakhir, saat Jokowi menyaksikan langsung penandatanganan kerjasama mobil nasional dengan Proton. Semua momen tersebut telah membuat hiruk pikuk politik dan silang pendapat di antara lingkaran Jokowi sendiri. Dalam beberapa kejadian, Jokowi harus memberikan klarifikasi agar situasi politik lebih tenang.
Kejadian yang paling menonjol adalah saat penunjukan Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri yang langsung disetujui oleh DPR. Namun karena KPK menjadikan BG sebagai tersangka, maka terlihat sekali kegamangan Jokowi dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Akhirnya Jokowi harus menunda pelantikan BG, dan membentuk tim Independen, melakukan pendekatan dengan pimpinan oposisi KMP Prabowo Subianto, berdialog dengan mantan Presiden Habibie, serta meminta pendapat Dewan Pertimbangan Presiden. Hingga saat ini, masih belum jelas keputusan yang akan diambil oleh Jokowi dalam kasus BG ini.
Saat penandatanganan kerjasama antara PT Adiperkasa Citra Lestari yang dipimpin A.M. Hendropriyono dengan CEO Proton Datuk Abdul Harith Abdullah, yang disaksikan oleh Mahathir, Najib Razak dan Jokowi terlihat jelas pada "backdrop" tulisan "Indonesia National Car". Dan dalam penjelasan ke media di Kuala Lumpur jelas-jelas istilah proyek mobil nasional dilontarkan oleh kedua belah pihak.
Tapi setelah mendapat protes dan kritikan dari masyarakat di Indonesia, baik Hendropriyono maupun Jokowi terpaksa melakukan koreksi dengan membantah bahwa penandatangan tersebut bukan untuk membangun proyek mobil nasional. Melainkan kerjasama bisnis semata.
Atas segala kejadian tersebut, kita berharap agar Jokowi kembali menjadi seekor burung Rajawali. Konon ada cerita yang menyatakan bahwa penglihatan Rajawali sangat jauh dan tajam dibandingkan manusia biasa. Foto reseptor di retina Rajawali lebih dari 1.000.000 per mm persegi seekor Buteo, sedangkan manusia hanya 200.000. Mata Rajawali Jokowi harus kembali mampu melihat jelas apa yang terjadi di sekitarnya.
Melalui ketajaman matanya tersebut Rajawali Jokowi harus selalu terhubung dengan langit yang luas. karena sang langit bukan hanya dijelajahi atau dipacari saja. Sang langit rakyatnya harus dibela mati-matian oleh Rajawali Jokowi seperti yang diungkapkan oleh Rendra.
Apabila ada yang ingin mencemari langit dengan menyakiti sang pacar atau menjadikannya seekor burung nuri. Maka betapapun sang Rajawali Jokowi bisa saja mematuk kedua mata kelompok durhaka tersebut.
Sungguh suatu momen yang indah bagi sang langit yang juga pacar Rajawali Jokowi yaitu seluruh rakyat Indonesia, apabila di setiap awal pidatonya Jokowi menyatakan sebagai berikut: "Sebagai Presiden Republik Indonesia dan petugas negeri yang kita cintai ini maka saya dan seterusnya........".
Atas sikap tegas tersebut, maka dengan gagah berani pula langit akan membela dan melindungi mati-matian sang Rajawali Jokowi dari segala mara bahaya.
Fritz E. Simandjuntak
Sosiolog dan tinggal di Jakarta
Populer
Kamis, 21 November 2024 | 08:14
Jumat, 22 November 2024 | 09:27
Selasa, 26 November 2024 | 00:21
Sabtu, 23 November 2024 | 07:41
Minggu, 24 November 2024 | 16:14
Senin, 25 November 2024 | 18:57
Rabu, 27 November 2024 | 11:18
UPDATE
Jumat, 29 November 2024 | 17:50
Jumat, 29 November 2024 | 17:36
Jumat, 29 November 2024 | 17:18
Jumat, 29 November 2024 | 17:06
Jumat, 29 November 2024 | 17:01
Jumat, 29 November 2024 | 16:59
Jumat, 29 November 2024 | 16:44
Jumat, 29 November 2024 | 16:28
Jumat, 29 November 2024 | 16:16
Jumat, 29 November 2024 | 16:05