Pemerintah memberi sinyal tidak akan menurunkan harga solar menjadi Rp 6.000 per liter sesuai usulan DPR.
Dalam Rapat Kerja dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Selasa (4/1), Komisi VII DPR meminta pemerintah untuk menurunkan harga solar dari Rp 6.400 per liter menjadi Rp 6.000 per liter dalam waktu dekat. AlaÂsannya, dengan turunnya harga minyak dunia saat ini, harga soÂlar masih kemahalan. Sudirman pun berjanji akan menurunkan lagi harga solar.
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, pemerintah akan siap melakukan tinjauan terhadap usulan para anggota Komisi VII DPR mengenai penurunan harga BBM jenis solar.
"Berdasarkan aspirasi KomiÂsi VII menurunkan harga, pemerintah akan melakukan tinjauan melalui
schedule-nya. Kita akan melakukan dengan aturan yang ada," kata Sudirman, kemarin.
Dia lantas menjelaskan, flukÂtuasi harga minyak global saat ini memang menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk memanÂfaatkan mengambil keuntungan dari kondisi seperti itu.
"Karena fluktuasi minyak dunÂia bisa pada suatu titik mendapat laba dari minyak, suasana itu dijadikan kesempatan untuk menyimpan strategi stok," tamÂbahnya.
Oleh karena itu, usulan penuÂrunan harga yang diusulkan DPR, kata dia, bisa dieksekusi paling cepat dua minggu setelah tanggal 1 Februari 2015 atau sesuai dengan Peraturan MenÂteri (Permen) ESDM Nomor 39 tahun 2014 Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah diubah dengan Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2015.
Namun keinginan DPR terseÂbut ditolak Menko PerekonomiÂan Sofyan Djalil. Permintaan penurunan harga solar hanya usulan saja. Dia menegaskan, penetapan harga BBM tetap ditentukan pemerintah.
"Harga itu domain pemerintah. Kita menganggap saat ini belum waktunya menurunkan harga," tegasnya di Jakarta, kemarin.
Menurut Sofyan, dalam menuÂrunkan harga solar harus dihiÂtung semua komponen pemÂbentuk harganya. Karena itu, penentuan harga BBM tidak bisa dilakukan hanya dalam diskusi di DPR.
"Kalau menurunkan mudah, menaikkan nanti yang sulit. Oleh sebab itu, kita biarkan keÂpada mekanisme keekonomian. Nnanti kalau harga naik ya naik, kalau harga turun ya turun. Kan kita sudah dua kali menurunkan harga," tukas bekas Menteri BUMN ini.
Dia kembali menegaskan, pemerintah tidak akan menuÂrunkan harga BBM jenis solar waktu dekat. Apalagi pemerinÂtah mempunyai kebijakan untuk membuat cadangan BBM.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menÂgatakan, harga jual solar paling tepat sekitar Rp 6.200 per liter. Namun, jika memang pemerÂintah memutuskan menjual solar sesuai dengan keputusan DPR sebesar Rp 6.000 per liter, pihaknya siap.
"Harga Rp 6.200 per liter suÂpaya Pertamina bisa bernafas," ucapnya.
Selain itu, kata Dwi, dengan harga jual solar Rp 6.200 per liter dimaksudkan agar ada keseimbangan antara kinerja up stream (hulu) dan down stream (hilir).
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri menilai, harga BBM di Indonesia masih termasuk yang termahal. Dia mencontohkan di Amerika SerÂikat, harga bensin oktan 92 atau setara premium per 1 Februari 2015 adalah 2,056 dolar AS per liter.
Dengan kurs Rp 12.688 per dolar AS, kata Faisal, maka harga minyak setara pertamax di negeri Paman Sam tersebut dijual hanya Rp 6.891 per liter. Sementara di Indonesia harga Rp 6.600 per liter cuma dapat premium yang oktannya hanya 88 di bawah pertamax.
"Makanya saya heran, rakyat kita itu baik banget sama peÂmerintah. Padahal jelas banget itu masih lebih mahal," ungkap Faisal. ***