Selama ini, tokoh-tokoh yang diangkat sebagai Dirut Pertamina selalu melepaskan tugas di perusahaan lain karena khawatir terjadi konflik kepentingan dan tidak fokusnya dalam kerja.
Karena itu, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto ternyata tidak etis merangkap jabatan sebagai komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI).
Demikian disampaikan Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika saat dihubungi malam ini (Senin, 12/1). Namun begitu, Kardaya tak bisa mendesak Dwi untuk memilih salah satu jabatan.
Saya tidak bisa menyarankan pilih salah satu saja, karena ini domainnya Menteri BUMN. Namun, secara etika, ini tidak etis. Harusnya mau melepaskan jabatan komisaris di bursa efek,†ucapnya, tadi malam.
Politisi Gerindra ini curiga, Menteri BUMN Rini Soemarno tidak tahu kondisi ini, sehingga membiarkan Dwi tetap merangkap.
Yang harus meminta jangan merangkap kan beliau (Menteri BUMN). Jangan-jangan menteri BUMN tidak tahu,†katanya.
Wakil Ketua Komisi VII Satya W Yudha menyatakan, mestinya ada aturan main yang mengatur Dirut Pertamina boleh merangkat atau tidak di perusahaan lain. Namun, dirinya tidak mau mempermasalahkan posisi Dwi sekarang. Tak apa-apa, asal tidak mengganggu tugas pokok sebagai dirut Pertamina,†ucap politisi Golkar ini.
Pengaman ekonomi politik Ihsanuddin Noorsy justru menyoroti jejak rekam Dwi saat masih di Semen Indonesia. Noorsy menyebut, posisi Dwi di BEI tidak masalah karena tidak menimbulkan konflik kepentingan dan tidak menyita waktu.
Yang jadi masalah itu adalah dia saat masih di Semen Indonesia yang diprotes karyawan sendiri. Kalau sampai diprotes karyawan sendiri, berarti kan ada masalah. Hal itulah yang mestinya ditelusuri,†ucapnya.
[zul]