Berita

Publika

Tradisi Regenerasi Kongres PAN

SENIN, 12 JANUARI 2015 | 20:09 WIB

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), regenerasi adalah penggantian generasi tua kepada generasi muda, peremajaan atau pembaruan semangat. Sedangkan tradisi adalah adat atau kebiasaan turun-temurun yg masih dijalankan dl masyarakat.

PAN adalah aset bangsa Indonesia yang lahir di era reformasi. Bahkan sejak beridri hingga sekarang PAN melekat dengan istilah partai reformis. Menurut KBBI, reformis adalah orang yang menganjurkan reformasi atau orang yang mendukung reformasi. Jadi dapat kita simpulkan bahwa PAN mempunyai kebiasaan melakukan pembaruan semangat perubahan kearah yang lebih baik.

Pada tanggal 23 Agustus 2015 nanti, PAN akan berusia 17 tahun, ini usia menengah. Sejak berdirinya, PAN sudah melewati 3 kali Kongres. Kongres I tahun 2000 dilakukan di Yogyakarta menetapkan Amien Rais sebagai Ketua Umum dan Hatta Rajasa sebagai Sekjen. Pada Kongres II tahun 2005 di Semarang terpilih Soetrisno Bachir sebagai Ketua Umum dan Zulkifili Hasan sebagai Sekjen. Sedangkan Kongres III tahun 2010 di Batam terpilih Hatta Rajasa sebagai Ketua Umum, Taufik Kurniawan sebagai Sekjen dan Drajad Wibowo ditetapkan sebagai Wakil Ketua Umum.


Perolehan kursi PAN di parlemen sejak pemilu tahun 1999 juga mengalami naik-turun. Pemilu 1999 memperoleh 34 kursi, Pemilu 2004 memperoleh 53 kursi, Pemilu 2009 memperoleh 43 kursi dan Pemilu 2014 memperoleh 48 kursi. Sejauh ini, belum ada Ketua Umum PAN yang dapat melampaui kesuksesan Amien Rais dalam memimpin PAN dan perolehan kursi di parlemen.

Masih dalam tradisinya, ketiga Kongres PAN selalu menghasilkan Ketua Umum secara aklamasi. Menurut KBBI, aklamasi artinya pernyataan setuju secara lisan dari seluruh peserta rapat. Apakah aklamasi tidak demokratis? Tentu demokratis, Pancasila sebagai dasar negara kita juga turut mengaturnya yakni pada Sila ke-4 yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Artinya aklamasi menjadi bagian dari musyawarah untuk mufakat.

Tradisi regenerasi PAN sudah dicontohkan langsung oleh Amien Rais sendiri pada Kongres tahun 2005. Peserta Kongres pada saat itu meminta kembali Amien Rais untuk menjadi Ketua Umum. Tapi Amein Rais menolaknya dan baginya tradisi regenerasi Ketua Umum PAN harus dimulai dari dirinya.

Bagaimana dengan Kongres PAN ke-4 ini? Apakah PAN perlu membuat tradisi baru? Menurut penulis PAN sudah punya tradisi regenerasi yang baik sejak berdirinya.

Organisasi akan sehat jika pemimpinnya berganti. Amien Rais sudah mencontohkannya, ego pribadinya telah dia kalahkan untuk kepentingan yang lebih besar yakni kaderisasi di tubuh PAN. Amien paham betul, jika dia menerimanya, simbol PAN sebagai partai reformis akan luntur.

Kongres PAN ke-4 mendatang idealnya Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa menyerahkan kontestasi ini kepada generasi muda. Justru Hatta Rajasa akan dianggap gagal melakukan kaderisasi di PAN karena regenerasi di PAN tidak terjadi. Masih ada kader muda PAN yang berpotensi membesarkan partai seperti: Zulkifli Hasan, Drajat H Wibowo, Taufik Kurniawan, Tjatur Sapto Edy, Viva Yoga M dan masih banyak kader muda PAN lainnya yang dapat didorong. PAN adalah partai reformasi dan partai kader, Kongres PAN ke-4 harus melanjutkan trandisi regenerasi di PAN yang sudah baik.

PAN dilahirkan oleh kelompok intelektual, perdebatan didalamnya seharusnya juga begitu. Tim sukses kadidat calon Ketua Umum tidak perlu berpolemik di media dan saling menegasikan. Apalagi dengan komentar-komentar miring. Amien Rais sebagai simbol moral PAN harus dijaga. Jangan sampai hanya gara-gara kepentingan sesaat (kontenstasi) malah membuat retakan-retakan” baru di tubuh partai PAN.

Perdebatan yang seharusnya dibangun adalah perdebatan visi misi calon Ketua Umum mana yang paling dibutuhkan oleh kader dan simpatisan PAN. Bukan mempertontonkan perdebatan yang tidak intelektual kemasyarakat kita. [***]

Abdul Rahman Syahputra Batubara
Dosen Fisip Universitas Muhammadiyah Tangerang

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya