Kementerian Perindustrian (KeÂmenperin) siap mengusulkan pemÂberian insentif bagi pengÂguna gas untuk kendaraan bermotor.
Plh Dirjen Industri Unggulan BerÂÂÂbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Soerjono meÂÂÂÂngaÂtakan, selama 10 tahun tiÂdak ada ceritanya sukses proÂgram konÂversi BBM ke bahan baÂkar gas (BBG). Sejak diÂmulai dari KeÂmenÂterian PerhuÂbuÂngan, keÂmuÂdian dilanjutÂkan ke KeÂmenÂteÂrian Energi Dan Sumber Daya MiÂneral (ESDM) hingga KemenÂperin hanya bersifat bagi-bagi converter kit.
"Dulu kita bagi-bagi ke taksi, sudah dipasang sekarang sudah tidak ada lagi," ujar Soerjono saat diskusi kesiapan industri otomoÂtif mendukung program konversi BBM ke gas di Ciawi, Bogor, akhir pekan lalu.
Namun, selama dua tahun terÂakhir program tersebut tidak berÂjalan karena masalah pencarian angÂgaran. Soerjono mengatakan, program bagi-bagi
converter kit tahun lalu disebabkan angÂgaÂran baru cair Agustus 2013. AkÂhirÂÂnya, tidak terserap karena haÂrus tender terlebih dahulu.
Sementara untuk tahun ini, anggaran
converter kit dikena peÂmangkasan terkait program pengÂhematan pemerintah. KareÂna itu, untuk tahun depan angÂgarannya tidak dimasukkan ke dalam AngÂgaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Soerjono menyarankan anggaÂran untuk
converter kit diserahÂkan kepada Kementerian ESDM untuk pembangunan infrastruktur gas. Sedangkan untuk
converter kit-nya diserahkan ke Agen TungÂgal PeÂmeÂgang Merk (ATPM), sehingga kuaÂlitas dan keÂamanannya terjamin.
Yang paling sulit kan pemÂbaÂngunan
image-nya, jika mengÂguÂnakan gas lebih murah dan aman. Kita harus hati-hati jaÂngan samÂpai terjadi kecelakaan,†jelasnya.
Menurut dia, Kemenperin akan fokus kepada penggunaan gas. PiÂÂhaknya bisa mengusulkan pemÂberian insentif bagi industri dan pengguna BBG kendaraan berÂmoÂtor. "Ini untuk mendorong perÂcepatan konversi," imbuhnya.
Direktur Toyota Motor
ManuÂfacÂturing Indonesia (TMMIN) I MaÂde Dana M Tangkas mengaÂtaÂkan, ke depan
converter kit harus diÂbuat oleh pabrikan langÂsung, seÂhingga aspek keselamaÂtannya terjaga.
"Ini untuk mendukung keselaÂmatan kendaraan. Belajar dari Thailand dan India, masih ada keÂceÂlakaan kalau dipasang di luar. Karena itu,
converter kit sebaikÂnya dibuat oleh pabrikan langÂsung," tandasnya.
Menurut Made, ke depannya gas akan menjadi energi alternaÂtif. Namun, yang menjadi kendala adalah penyalurannya dari daerah penghasil ke daerah pengguna. Karena itu, infrastrukturnya harus terus dikembangkan.
Dia mengklaim, Toyota sudah perÂnah melakukan kegiatan konÂversi BBM ke gas dua tahun lalu unÂtuk taksi. Namun, perlu ada perÂaturan atau dasar hukum untuk menjalanÂkan program konversi itu. ***