Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan yang signifikan. FX. Arief Poyuono menilai terus melemahnya mata uang Garuda menunjukan pasar uang internasional ragu dengan langkah-langkah dan kebijakan Jokowinomic.
"Seharusnya penghapusan subsidi BBM dan jatuhnya harga minyak dunia secara matematik bisa memperkuat niliai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab impor minyak mentah atau BBM paling banyak mengunakan dolar AS," kata Ketua Umum FSP BUMN Bersatu itu dalam keterangannya kepada Kantor Berita Politik sesaat lalu (Selasa, 16/12).
Menurut dia, apabila sampai awal tahun 2015 rupiah terus melemah maka akan meningkatkan nilai suku bunga kredit dan meningkatnya kredit macet. Kalau sudah demikian bukan tidak mungkin akan banyak bank-bank kelas menengah mengalami gagal bayar dan pada akhirnya akan berimbas pada rush besar-besaran oleh nasabah.
Selain itu, kata dia, dampak melemahnya nilai kurs rupiah akan berdampak pada membengkaknya hutang obligasi dan pinjaman luar negeri jangka pendek BUMN. Dalam kondisi ini BUMN yang tidak menjalankan hedging akan kesulitan liquiditas.
"Untuk mengatasi ini akhirnya kebijakan yang diambil BUMN adalah melepas saham kepemilikan negara untuk menalangi hutang BUMN atau mengkonversi hutang obligasi menjadi pengurangan saham pemerintah," paparnya.
Karena itulah, katanya lagi, pemerintah harus segera membuat langkah-langkah tepat agar agar bencana kurs rupiah tidak berimbas negatif pada perekonomian Indonesia.
"Jokowi harus bisa menenangkan pasar agar tidak panik dengan cara memperketat pengunaan devisa dolar," demikian Arief.
[dem]