Berita

Bisnis

Petani Indonesia Butuh Insentif yang Memadai dan Regulasi Khusus

SENIN, 15 DESEMBER 2014 | 07:26 WIB | LAPORAN:

Pemerintah harus memberikan insentif dan membuat blue print pertanian yang jelas untuk kesejahteraan petani Indonesia.

"Pemerintah perlu membuat clusterisasi potensi keunggulan hasil pertanian dan pertenakan se-Indonesia, serta memberikan insentif yang cukup," kata Ketua Fraksi Partai Golkar, Ade Komarudin  saat bertemu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kemarin.

Akom, begitu disapanya, menyebutkan, di Bank Indonesia (BI) sudah ada data mengenai keunggulan hasil pertanian dan peternakan di setiap provinsi, kabupaten dan kota di seluruh wilayah Indonesia.


"Pemerintah tinggal mengclusterkan, selama ini kan oleh pemerintah belum diterapkan cluster itu," ujarnya.

Dari data BI tersebut, lanjut Kang Ade pemerintah harusnya bisa lebih cepat untuk melakukan implementasi atau langkah-langkan peningkatan hasil produksi pangan.

"Kalau itu dijalankan bukan hal yang mustahil kita akan kembali pada swasembada pangan di zaman pak Harto," jelasnya.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (Depinas) SOKSI ini kaget mengetahui kenaikan harga produksi pertanian tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.

"BBM naik harga ongkos angkut pertanian juga ikut naik, yang untung pedagang bukan petani itu sendiri," cetusnya.

Akibat dari itu, menurut Ade, kini banyak pemuda dan pemudi yang tidak berminat berprofesi sebagai petani.Maka dari itu, pemerintah perlu memberikan insentif dan dibuat kebijakan khusus untuk membangkitkan motivasi pemuda-pemudi desa bertani.

"Di Amerika karena hasil produksi pertanian tidak imbang dengan hasil produksi industri maka dibuat regulasi dan insentif untuk memperkuat sektor pertanian," paparnya.

Menurut Ade, sangat berbahaya jika sebuah negara bahan pangannya semua impor. Untuk itulah harus dikurangi dengan cara meningkatkan produksi pangan.

"Bayangkan dari beras sampai sapi kita masih impor. Bahkan dimana Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan banyak saja garam saja kita impor," kesalnya.

Ia pun berjanji pada 13 Januari 2015 nanti, sesuai reses, akan segera menugaskan anggota fraksinya di Komisi 4 yang membidangi pertanian untuk melakukan rapat dengan pemerintah guna menyampaikan aspirasi dan keluhan para petani.

"Harapan saya program pemerintah di sektor pertanian harus banyak untuk meningkatkan hasil pertanian, termasuk saat rapat saya akan cek harga bibit produksi Sanging Sri, Badan Usaha Milik Negara, yang sebenarnya, karena dikeluhkan petani terlalu mahal.," terangnya.

Para pimpinan Gapoktan yang hadir berasal dari Desa Garogek, Desa Tarakan Salam, Desa Margaluyu, Desa Tegal Waru, Desa Cadas Mekar, Kecamatan Plered, dan Kecamatan Wanayasa. Para pimpinan Gapoktan tersebut secara bergiliran menyampaikan masukan dan keluhan atas permasalahan-permasalahan pertanian. Di antaranya mengenai infrastruktur pertanian yang tidak baik, pengadaan alat pertanian, pupuk, bibit hingga berkurangnya masyarakat desa yang ingin bertani.

Ketua Gapoktan desa Garogek, Taufik menyebutkan, sebelumnya daerahnya memang telah menerima bantuan Rp 100 juta dan sudah dibelikan alat semprot, pupuk dan alat pertanian lainnya. Namun masalah infrastruktur menjadi kendala dalam peningkatan hasil pertanian.

"Walau di daerah pegunungan kadar airnya kurang cukup dan lagi fasilitas pengiriman barang susah karena mobil tidak bisa masuk ke persawahan, akses jalan juga penting untuk bawa hasil pertanian," keluhnya.

Ketua Gapoktan Tegal Waru dan Cadas Mekar, H Nana membeberkan, barga benih padi yang biasa dibeli Rp 20 ribu sekarang meningkat pesat menjadi Rp 70 ribu per kantong, itu juga terjadi pada harga pupuk, dan obat.

"Tapi yang jadi masalah besar masalah sekarang pekerja Cadas Mekar atau buruh tani banyak yang nggak ada yang mau bertani lagi bahkan ibu-ibu penandur pun lebih senang jadi karyawan pabrik," ungkapnya.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya