Berita

ilustrasi

Bisnis

Raskin Dihapus, Harga Beras Bakal Meroket

Penerapan E-Money Dinilai Terkendala Infrastruktur
SENIN, 08 DESEMBER 2014 | 09:54 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Deputi Bidang Statistik Distri­busi dan Jasa Badan Pusat Sta­tistik (BPS) Sasmito Hadi Wibo­wo mengatakan, dampak peng­hapusan beras untuk rakyat mis­kin (raskin) akan berimbas pada kelangkaan beras di pasar. Akhir­nya, kata dia, inflasi akan tinggi.

Jika Raskin hilang, bisa di­perkirakan penyediaan beras di masyarakat berkurang sepuluh persen. Karena beras termasuk komoditas yang mendekati in-elastis, maka hilangnya raskin sangat berpengaruh pada harga beras umum,” ujarnya, kemarin.

Menurut dia, inflasi yang cu­kup tinggi pernah terjadi pada 2010 ketika ada keterlambatan penyaluran raskin selama dua bu­lan. Karakteristik inflasi di Indo­nesia masih cenderung ber­gejo­lak, terutama dipengaruhi oleh sisi suplai terkait dengan gang­guan produksi, distribusi maupun kebijakan pemerintah.


Sasmito mengungkapkan, kon­sumsi raskin sejak 2003 lalu mencapai 10 persen dari total konsumsi beras nasional. Dengan komposisi tersebut, maka bisa dipastikan pengha­pusan raskin akan mendongkrak inflasi, sehing­ga menyebabkan kejutan bagi perekonomian masyarakat.

Pengamat ekonomi dari Uni­versitas Indonesia Prof. Sulastri Surono menilai, rencana pengha­pu­san raskin hanya akan meng­untungkan kalangan per­bankan dan belum tentu bisa mengen­tas­kan sekitar 90 juta jiwa pen­duduk miskin yang selama ini terbantu kebutuhan pangannya oleh raskin.

Menurut dia, program e-money hanya menguntungkan perban­kan. Anggaran subsidi pangan sebesar Rp 20 triliun itu bisa dike­lola perbankan. Ada perpu­taran uang di sana, dan jelas perbankan sangat diuntungkan. Tapi bisa nggak e-money ini mengentaskan rakyat miskin? Saya ragu. Tetapi dengan program Raskin selama ini, sudah jelas bisa menjamin kebutuhan pangan masyarakat terjamin,” tandasnya.

Ia juga mengungkapkan, ber­bagai kendala penerapan e-money yang tidak hanya merepotkan pemerintah pusat maupun daerah, tetapi juga bisa meresahkan ma­syarakat. Kalau pun e-money ini hanya dikhususkan untuk mem­beli beras, tempat membe­linya di mana? Apa di desa-desa terpencil bisa nyampe? Di India toko pe­merintah sampai ke desa pelosok juga ada. Di Indonesia, dengan daerah kepulauan bakal banyak kendala,” paparnya.

Lebih lanjut dia  mengung­kap­kan, pemerintah sepertinya ingin meniru program kupon ma­kanan yang diberikan secara cuma-cuma di Amerika. Di mana warga diberi kartu dan bisa membeli susu, kacang, telur dan bahan makanan lain dengan disubsidi  pemerintah.

Tetapi di Amerika, infra­stuk­tur­nya telah siap tersedia. Kalau  kupon makanan  mem­beri subsidi pangan bagi warganya. Kalau ras­kin kan memberi subsidi buat war­ga miskin, sekaligus menjaga sta­bilitas harga pangan dan mem­bantu penjualan beras petani juga yang dilakukan oleh Bulog,” paparnya.

Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia Arif Satria mengatakan, penghapusan program raskin akan menggang­gu ketahan pangan nasional. Pasalnya, program raskin merupa­kan amanah pelaksanaan Undang-Undang (UU) No 18/2012.

Ini akan berdampak terhadap menurunnya pendapatan 14 juta rumah tangga petani padi di Indo­nesia dan target pencapaian swa­sembada beras 2017 sulit tercapai sehingga akhirnya akan menurun­kan kesejahteraan peta­ni,” katanya.

Menurut Arif, yang diperlukan terkait progam raskin adalah per­baikan yang komprehensif yang meliputi aspek data sasaran ke­luarga dan kualitas. Lalu, perbaiki juga administrasi, mana­jemen stok, dan distribusi untuk mem­berikan pelayan yang baik kepada masyarakat miskin.  ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya