Shalat Ashar baru saja usai. Pak Min, marbot Masjid Syajaratun Thayyibah mengisi perut di kantin kompleks kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat. Ia memesan mie ayam. Di meja kayu di bawah pohon, pria paruh baya itu menikmati santap sore. Kurang seperempat jam, mie di dalam mangkuk, tandas. Usai makan, dia kembali ke masjid yang telah dijaganya selama 25 tahun terakhir.
Sejauh mata memandang terÂlihat puluhan orang berjaga-jaga di penjuru markas partai beringin. Masjid Syajaratun Thayyibah menjadi tempat para pria berkulit gelap itu bermalam.
Dari tangÂgal 25 (November) masih meÂngiÂnap di sini,†ungkap Pak Min.
Pada tanggal itu pecah bentroÂkan antara dua kelompok massa di kantor DPP Partai Golkar. MeÂreka mengklaim sama-sama berÂasal dari Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Namun dari kubu berbeda.
Satu kubu mendukung langkah Ketua Umum Aburizal Bakrie yang menggelar musyawarah naÂsional (Munas) di Bali. Kubu lainÂnya diduga pendukung PresiÂdium Penyelamat Partai Golkar. Presidium ini dimotori Wakil KeÂtua Umum Agung Laksono, yang disokong Yorrys Raweyai, penÂtoÂlan di AMPG. Tak setuju MuÂnas dipercepat, Presidium akhirÂnya akan menggelar Munas senÂdiri yang rencananya digelar pada 15 Januari mendatang.
Hingga kemarin kelompok masÂsa AMPG yang tak setuju MuÂnas Bali masih menguasai†marÂkas Partai Golkar setelah peÂcah bentrokan. Selama itu pula Pak Min tinggal bersama kelomÂpok yang berasal dari Indonesia tiÂmur itu. Pak Min tak keberatan mereka memanfaatkan pelataran masjid untuk tempat bermalam. Ia hanya meminta pengertian agar tak berisik ketika waktu shalat datang.
Rabu lalu, Pak Min sempat khaÂwatir bakal terjadi bentrok suÂsulan saat puluhan polisi datang ke sini. Polisi menyisir area di daÂlam kompleks DPP Partai Golkar hingga ke kantor Majelis Dakwah Islamiyah dan Graha Widya Bhakti. Bangunannya berada di bagian belakang kompleks ini.
Aksi penggeledahan yang dilaÂkukan polisi di markas Partai GolÂkar berlangsung cepat. SekiÂtar 10 menit sudah selesai. PeÂnyisiran tidak dilakukan hingga ke dalam gedung. Hanya di luar gedung, terutama di semak-seÂmak taman.
Polisi menemukan sejumlah senjata tajam hingga bom moloÂtov. Itu diumpetin di bawah poÂhon. Tapi sekarang sudah bersih,†tutur Pak Min.
Tak diketahui siapa pemilik senjata tajam dan bom molotov itu. Untungnya, polisi hanya meÂnyita benda-benda berbahaya itu dan tidak melakukan tindakan lebih jauh. Sehingga tak muncul ketegangan dengan kelompok massa yang menjaga DPP Partai Golkar.
Pak Min menjamin tidak ada benda-benda berbahaya yang diÂsembunyikan di masjid yang diÂjaga. Dia tidak ragu melapor ke peÂÂtugas keamanan kantor maÂuÂpun polisi jika menemukannya.
Usai bentrokan pekan lalu, pihak kepolisian terus memantau kantor DPP Partai Golkar. Sebuah pos didirikan di seberang jalan maÂsuk menuju markas partai beÂringin ini. Sesekali polisi berÂpaÂkaiÂan preman patroli ke dalam.
Pengamatan
Rakyat Merdeka, kantor DPP Partai Golkar tampak sepi kemarin. Puluhan kelompok massa yang berjaga terlihat berÂkumÂpul di pelataran masjid. Tak ada yang masuk ke dalam ruang di dalam masjid untuk tempat shaÂlat. Pak Min menegaskan ruang dalam masjid hanya untuk orang yang ingin beribadah. KeÂlompok massa itu bisa mÂeÂmaÂhaÂmi.
Telah lebih dari seminggu keÂlompok massa ini berada di kanÂtor DPP Partai Golkar. Untuk mengisi waktu, ada yang bermain kartu, catur hingga main kelereng di area jalan dan taman. Mereka berkelompok 7-10 orang.
Beberapa dari mereka ternyata ada yang baru didatangkan ke sini. Mereka diminta berbaur deÂngan kelompok yang sudah masÂsa yang telah datang lebih dulu.
Saya baru hari ini (kemarin) daÂtang. Diminta jaga sampai tanggal 15 Januari 2015,†ujar saÂlah satu pria penjaga markas ParÂtai Golkar yang ditemui
Rakyat Merdeka. Dari raut wajah dan posÂturnya dia bukan berasal dari Indonesia timur.
Penjagaan dilakukan hingga 15 Januari 2015 karena pada tanggal Presidium Penyelamat Partai GolÂkar akan menggelar Munas. Rencananya di Jakarta. Belum diÂtentukan apakah Munas digelar di DPP atau di tempat lain.
Pak Min tak keberatan kelomÂpok massa itu bertahan hingga pertengahan Januari depan. Juga menjadikan pelataran masjid untuk tempat bermalam. Ia hanya meminta ketertiban dan keberÂsiÂhan tempat ibadah ini tetap diÂjaga. Yang penting jangan ada bentrok-bentrok lagi deh,†pintanya.
Tepat jam empat sore, Pak Min kembali ke dalam masjid. KeÂmeÂja batik dan celana panjang yang tadi dipakainya untuk shalat AsÂhar diganti dengan kaos oblong dan celana pendek. Tangannya memegang arit. Mengayuh sepeÂda, dia menuju area taman di marÂkas Golkar untuk memangkas rumÂput yang sudah meninggi.
Ketua Umum Partai Golkar AbuÂrizal Bakrie menegaskan tiÂdak pernah meminta polisi melÂaÂkuÂkan
sweeping kantor DPP. Itu hak polisi mau mengamankan, tidak ada instruksi dari sini. Dan itu sudah tugasnya,†ujar Ical singÂkat di arena Munas Partai Golkar, Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Rabu lalu.
Presidium Penyelamat Partai Golkar juga mendukung langkah polisi menyisir kantor DPP untuk mencari benda-benda berbahaya.
Enggak masalah. Mereka hanya menemukan benda-benda berbahaya lalu dibawa keluar. Selanjutnya aman-aman saja,†kata Ketua Presidium Agung LakÂsono di Slipi, Jakarta Barat, Rabu lalu.
Pintu Gerbang Dijaga Polisi 24 Jam NonstopPintu gerbang kantor DPP Partai Golkar hanya dibuka sedikit. Sebatas bisa dilakukan orang dan sepeda motor saja. Di balik pagar dua orang satpam berjaga di pos. Gerbang ini juga diÂjaga tiga orang anggota keÂlomÂpok massa yang mengklaim berasal dari Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
Setiap mobil yang hendak maÂsuk pasti berhenti di depan gerbang. Pengendara mobil tamÂpak tegur sapa dengan para penjaga. Seperti dia juga orang Golkar. Mungkin dari kubu yang tengah menjaga markas partai beringin ini.
Memasuki area dalam komÂpleks kantor DPP Partai Golkar tampak sepi. Bahkan di gedung utama tak terlihat ada aktivitas. Di pintu masuk gedung utama terdapat meja yang dijaga Jono.
Belum ada info petinggi GolÂkar yang datang,†ujar Jono kepada awak media datang ke sini sejak pagi kemarin. Kalau ada pasti dikabarin,†lanjutnya.
Dari balik meja sekuriti, Jono curhat bahwa kini kantor DPP Partai Golkar tak lagi nyaman sejak ada dua pimpinan yang berseteru. Kader Partai Golkar pun terbelah menjadi dua kubu. Yakni kubu Aburizal Bakrie dan kubu Presidium Penyelamat yang dimotori Agung Laksono.
Jono mengibaratkan perseÂteÂruan ini seperti pertarungan dua gajah†yang telah mengiÂnÂjak-injak semut yang berada di bawahnya. Lah buktinya seÂsaÂma Golkar berantem Selasa lalu,†katanya.
Aksi baku hantam itu terjadi antar sesama anggota Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Namun berbeda kubu. Satu kubu mendukung Munas Bali. Kubu lainnya tak setuju Munas dipercepat.
Setelah bentrokan itu Jono meÂrasa tugasnya makin berat. SeÂbab dia diminta untuk jaga maÂlam di kantor. Pasalnya ada keÂlompok massa yang berÂmaÂlam di tempat ini. Jono diminta menjaga aset-aset kantor agar tak ada yang rusak maupun hiÂlang. Biasanya bisa tidur kalau jaga malam, sekarang melek teÂrus,†curhatnya.
Tidak hanya itu, setelah poÂlisi menemukan benda tajam hingÂga bom molotov di komÂpleks kanÂtor DPP Partai GolÂkar, penÂjagaa di pintu diÂperÂketat. Tak semÂbarang orang bisa masuk. DiÂkhawatirkan bisa menyuÂsupÂkan benda-benÂda yang berÂbahaya.
Jono menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan piÂhak kepolisian. Polisi pun diÂtuÂrunkan untuk membantu peÂngaÂmanan tempat ini. Namun meÂreka berjaga di luar. Hanya seÂsekali saja masuk untuk patroli. Itu pintu dijaga 24 jam,†tegasnya.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, kantor DPP Partai Golkar meÂmang sepi namun terasa suasana tegang. Setiap beberapa jam seÂkali, dua petugas satpam beÂrÂkeÂliling untuk memantau situas. TiÂdak hanya itu, petugas polisi berpakaian preman juga patroli ke dalam kompleks DPP. ***