Menteri ESDM Sudirman Said berjanji akan buka-bukaan tentang berapa sebenarnya biaya produksi BBM subsidi. Langkah ini akan menjadi rekomendasi soal percepatan pembangunan kilang di dalam negeri.
Kami sedang mengumÂpulkan berapa biaya produksi BBM subsidi,†ujarnya saat berkunjung ke Rakyat Merdeka, Senin (1/12).
Dia mengakui, selama ini baÂnyak masyarakat yang meminÂta daÂta berapa sebenarnya biaya proÂduksi BBM subsidi. MeÂnurutnya, tim sedang mengumÂpulkan data dan nanti akan disampaikan.
Untuk diketahui, Ketua Tim ReÂforÂmasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri meÂminta, PT Pertamina (Persero) memÂÂbuka data biaya produksi BBM. KeterÂbukaan data akan memÂperjelas perhitungan harga riil BBM yang dijual di Stasiun PengiÂsian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Dia mengakui, tertutupnya data akan menimbulkan kecurigaan sehingga menimbulkan silang sengketa di masyarakat. Adapun data yang perlu dibuka antara lain, terkait ongkos produksi BBM preÂmium maupun pertamax.
Sudirman mengatakan, BBM subsidi memang harus dikurangi untuk membangun infrastruktur. Apalagi, keterganÂtungan Indonesia atas impor BBM terus naik akibat melonjaknya konsumsi dalam neÂgeri. Sementara produksi minyak dalam negeri terus menurun.
Kondisi itu makin diperparah dengan usia kilang dalam negeri yang sudah uzur. Alhasil IndoÂnesia sulit leÂpas dari jeratan imÂpor BBM. Dia mengÂakui, ada piÂhak-pihak yang mengganjal pemÂbangunan kilang minyak baru di dalam negeri.
Ini sudah sistematis. Bahkan yang lucu, keÂtika kilang dalam negeri rusak, dalam lima menit, negara teÂtangga Singapura sudah tahu. Dalam sidang kabinet saya usulkan agar subsidi BBM ini dihapuskan,†tegas Sudirman.
Lalu akan dikemanakan biaya penghematan itu? Bekas Dirut Pindad itu mengatakan, Menteri Keuangan Bambang BrojoneÂgoÂro sudah memintanya meÂngemÂbangkan infrastruktur gas.
Jadi, nanti sekitar Rp 100 triÂliun dari penghematan itu akan diÂsalurkan untuk pembaÂngunan infrastruktur gas. Ke deÂpan, dia (Menkeu-red) bilang, pemerintah akan fokus pada konversi BBM ke gas dan pembangunan kilang,†terang Sudirman.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, akibat kilang tua membuat kemampuan PertaÂmina untuk produksi BBM menÂjadi sangat mahal, bahkan meÂngalami kerugian. Artinya dari sisi itu, sebenarnya kilang itu kita tutup, kita impor minyak. Tapi kita tidak bisa begitu. Kalau biÂcara ekonomi, tidak efisiennya kilang ekonomi,†ujarnya.
Menurutnya, rencana memÂbangun kilang di Indonesia sudah sangat lama diutarakan, tapi hingÂga kini belum terlaksana. MungÂkin karena banyak orang yang nggak mau,†tukas Sofyan.
Ke depan, dia bilang, pemÂbaÂnguÂnan ini akan diserahkan ke swasta atau Pertamina. Yang haÂrus dilaÂkuÂkan saat ini seÂlain memÂbaÂngun kiÂlang adalah memÂperÂbaharui kiÂlang supaya produksiÂnya lebih baÂgus dan lebih banyak.
Untuk memÂperbaiki kilang itu butuh 2-3 taÂhun. Waktu saya jaÂdi Menteri BUMN itu mau dilakuÂkan,†kata Sofyan.
Penyelundupan Masih TinggiSofyan juga mengusulkan peÂmerintah untuk menghapus subÂsidi BBM. Menurut dia, deÂngan masih adanya selisih harga meÂnyebabkan terjadinya penyeÂlunÂdupan BBM.
Dengan selisih begitu saja masih banyak orang berani amÂbil risiko. Apalagi, kalau selisihÂnya besar. Makanya itulah yang harus diperangi,†tegasnya.
Sebelumnya, tim Bea dan CuÂkai melaÂkukan penceÂgahan peÂnyeÂlunÂdupan di Perairan Karang HeÂluputan, KaÂmis (27/11). Tim patroli BC 20002 meÂlakukan penÂcegahan terhadap MT Sea Jade yang memÂbawa muatan 980.000 liter miÂnyak mentah. ***