Masih ada pertanyaan mengapa Kementerian BUMN menunjuk mantan pemimpin PT. Semen Indonesia, Dwi Soetjipto, menjadi Dirut Pertamina.
Dipastikan, Dwi tidak paham mengelola sektor migas. Kelebihannya hanya lebih dekat dengan kalangan pengusaha.
"Persyaratan utama memilih Dirut Pertamina harus dari orang yang punya pemahaman di sektor energi, bukan komoditas. Visi dan misi seperti ini tidak ada pada Dwi Soetjipto," kata pakar energi, Iwa Garniwa, saat dihubungi wartawan beberapa waktu lalu.
Dia menilai, proses pemilihan Dirut PT Pertamina (Persero) juga tidak melalui sistem seleksi dan penyaringan yang ketat. Hal ini patut disayangkan karena bisa menyulitkan proses perbaikan pengelolaan energi nasional.
"Saya agak heran, saat memilih menteri-menteri, Presiden Jokowi melakukan penyaringan yang ketat sampai-sampai melibatkan KPK dan PPATK. Tapi belakangan ini sepertinya tidak ada filter apa-apa. Termasuk dalam pemilihan Dirut Pertamina ini," terangnya.
Menurutnya, pemilihan Dirut PT Pertamina harus didasarkan pada seberapa jauh orang tersebut paham tentang visi dan misi pengelolaan energi nasional. Jika yang ditunjuk adalah Dirut perusahaan PT Semen Indonesia, maka yang terjadi adalah sektor energi tidak dianggap sebagai bagian dari hajat hidup orang banyak.
"Dirut yang dipilih adalah seorang pengusaha, sehingga bicaranya bisnis. Pertamina akan semakin liberal," tuding pakar dari Universitas Indonesia ini.
Dia harapkan, Presiden Joko Widodo tidak meninggalkan sistem pemilihan yang transparan dalam mengisi jabatan publik dan jabatan strategis sekelas PT Pertamina.
"Pemilihan Dirut-Dirut perusahaan BUMN sebisanya dibuka transparan seperti saat memilih menteri. Waktu itu kan sangat hati-hati sekali sampai KPK dilibatkan. Lah ini kok tidak ada lagi saat milih Dirut Pertamina. Filternya kurang," jelas Iwa.
Dirinya pesimis sejak awal dalam proses pemilihan Dirut Pertamina. Sebab kandidat yang diusulkan kebanyakan adalah figur yang lebih dekat sebagai pengusaha dibanding kedalaman pemahamannya tentang energi.
"Nama-nama yang muncul sejak awal kan tidak ada yang memiliki latar belakang keahlian energi. Nama yang ada justru dari PT Telkom, Semen Indonesia, Perbankan dan sebagainya," tandas Iwa.
[ald]