Berita

sya'roni/net

Pertahanan

Cegah Bentrok Terulang, Copot "Jenderal" Polri Tutup "Korem" TNI

MINGGU, 23 NOVEMBER 2014 | 16:51 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Terus terulangnya bentrokan antara TNI versus Polri menunjukkan ada yang belum tuntas dalam proses pemisahan kedua institusi tersebut. Semestiya pemisahan berlangsung total, tidak setengah hati seperti sekarang.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (HUMANIKA), Sya’roni, kepada kantor berita politik (Minggu, 23/11).

Dia mencontohkan, Polri masih ber-mindset sebagai militer karena masih nyaman menggunakaan simbol kepangkatan militer dan seragam loreng pada Brimob. Sementara TNI masih ber-mindset sebagai penjaga keamanan karena masih mengaktifkan komando teritorialnya hingga ke tingkat Babinsa.


"Reformasi di Polri belum tuntas diantaranya karena Polri masih menikmati menggunakan kepangkatan "jenderal" untuk para petingginya. Seharusnya, Polri menanggalkan simbol kepangkatan militer karena semenjak pemisahan, polisi bukan lagi organ militer," tegas Sya'roni.

Tindakan Polri yang kembali memakaikan seragam loreng kepada Brimob, menurut dia, makin membuktikan bahwa Polri belum secara total memisahkan diri dari identitas militer. Kapolri sebaiknya membatalkan keputusannya tersebut karena dikhawatirkan bisa menjadi penyebab meningkatnya intensitas perseteruan TNI versus Polri.

Di sisi lain, kata dia, reformasi di TNI juga harus dituntaskan dengan memperkuat fungsi pertahanan. Diantara yang seharusnya dilakukan TNI adalah mengurangi jumlah sebaran tentara di daerah. TNI cukup berkedudukan di Kodam. Oleh karena itu, korem, kodim, koramil dan bahkan babinsa ditutup saja. Dan bila, komando teritorial ditutup, anggarannya bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan membeli alutsista.
 
Selanjutnya, TNI bisa memperbanyak program pasukan perdamaian PBB dan program latihan bersama dengan negara-negara sahabat. Tentara yang tiap hari dilatih kemiliteran, memang seharusnya diterjunkan ke daerah perang, untuk tetap menjaga andrenalin kemiliterannya.

"Sekarang, tugas Jokowi lah untuk menuntaskan pemisahan TNI dan Polri. Jika dibiarkan seperti sekarang, tidak menutup kemungkinan duel "el clasico" TNI versus Polri akan terus terulang," demikian Sya'roni.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya