Kelestarian hutan dan keÂanekaragaman hayati yang ada di Indonesia berperan besar menjaga iklim dunia agar tetap kondusif.
Jika hutan dan yang ada di dalamnya terganggu, akan meÂnyebabkan perubahan iklim dunia ke arah yang lebih buruk.
Untuk mengatisipasi itu, peÂmerintah diharapkan bekerja sungguh-sungguh untuk menjaÂga kelestarian hutan dan keaneÂkaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Pemerintah Indonesia harus serius memperhatikan dampak perubahan iklim. Untuk menÂcegah dampak negatif peruÂbaÂhan iklim, kami meminta peÂmerintah melibatkan partiÂsipasi masyarakat petani dan pemeÂrintah daerah (Pemda) dalam memÂbuat berbagai kebijakan yang bertujuan melindungi huÂtan dan keanekaragaman hayati di dalamnya,†ujar Team LeaÂder Rencana Aksi Perubahan Iklim (RAPI) John Pontius keÂpada pers di acara LokaÂkarya Nasional Pembelajaran AdapÂtasi Perubahan Iklim dan PeÂrencanaan Aksi BerkelanÂjutan di Jakarta, kemarin.
Lokakarya diadakan oleh USAID IFACS (Indonesian Forest and Climate Support) dan Yayasan FIELD bekerja saÂma dengan Direktorat Bina PerÂhutanan Sosial Ditjen Bina PeÂngelolaan DAS dan PerÂhutanan Sosial Kementerian LingkuÂngan Hidup dan Kementerian KehuÂtanan Indonesia.
John mengatakan, keterlibaÂtan petani yang tinggal di seÂkitar hutan konservasi tinggi atau hutan taman nasional dan lahan gambut beserta pemda dalam melaksanakan berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perubahan iklim, tidaklah sulit meski meÂmerlukan waktu yang cukup lama serta kesabaran.
Salah satu cara yang perlu diÂlaÂkukan pemerintah dalam meliÂbatkan petani secara aktif deÂngan memberikan pelatihan dalam menghadapi berbagai bencana dan gejolak alam yang disebabkan oleh perubahan ikÂlim. Pelatihan akan menjaÂdikan petani selain ikut menjaÂga keÂlestarian alam dan hutan, juga dapat lebih produktif dalam mengolah lahan pertaniannya.
John mencontohkan, salah satu kegiatan RAPI adalah seÂkolah lapangan. Yakni sekolah petani yang dilaksanakan oleh masyaÂrakat di desa secara terÂbuka yang difokuskan pada pembelajaran dan pemahaman tentang keÂrenÂtanan perubahan iklim yang berÂkelanjutan serta penyusunan perubahan iklim oleh masyarakat yang tinggal di dekat hutan dengÂan nilai konÂserÂvasi tinggi dan atau lahan gamÂbut. Setiap sekolah laÂpangan diÂhadiri sekitar 30 peserÂta, terdiri dari para petani, aparat desa, keÂcamatan dan kabupaten. ***