Berita

Dunia

Polisario Ancam Serang Maroko

SENIN, 10 NOVEMBER 2014 | 11:51 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Kelompok pemberontak Fron Polisario mengancam akan melakukan serangan militer sebagai jawaban atas pidato Raja Muhammad VI baru-baru ini yang antara lain mengatakan bahwa Sahara yang diklaim Polisario akan tetap menjadi bagian dari Kerajaan Maroko hingga akhir jaman.

Ancaman Polisario itu disiarkan kantor berita Aljazair, APS yang mengutip pernyataan salah seorang petinggi Polisario, Mohamed Salem Ould Salek.

Orang-orang Sahrawi tidak punya pilihan lain kecuali kembali mengangkat senjata,” kata Salek yang juga dipercaya sebagai menteri luar negeri dari pemerintahan negara boneka Republik Demokratik Arab Sahrawi.

Polisario yang didirikan pada 1973 sebelum Spanyol meninggalkan wilayah selatan Maroko bahu-membahu dengan pejuang Maroko dari daerah lain untuk mengakhiri penjajahan Spanyol yang dimulai pada 1912.

Pada tahun 1912 dua negara Eropa, Spanyol dan Prancis menandatangani Perjanjian Fez yang intinya berkaitan dengan kontrol terhadap dua wilayah Kerajaan Maroko. Prancis mengontrol wilayah utara dan Spanyol mengontrol wilayah selatan. Perjanjian Fez ini sejalan dengan isi Konferensi Berlin yang dilakukan pada 1884-1885 di Berlin yang intinya adalah pembagian wilayah Afrika untuk negara-negara kuat di Eropa ketika itu.

Setelah Spanyol angkat pada musim panas 1975 menyusul konflik politik dan ekonomi di dalam negeri, Polisario mengklaim wilayah selatan Maroko yang mereka sebut Sahara Barat sebagai sebuah negara yang berdaulat.

Raja Hassan II yang berkuasa ketika itu menyerukan rakyat Maroko untuk melintasi garis perbatasan semu yang diciptakan Parancis dan Spanyol. Sekitar 350 ribu orang berjalan kaki. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang suku Sahrawi yang melarikan diri dari Sahara ke wilayah utara setelah Prancis meninggalkan wilayah itu pada 1956.

Adapun anggota Polisario melarikan diri ke kamp Tindouf di Aljazair. Bersama Uni Soviet ketika, Aljazair adalah sponsor utama Polisario. Pada Februari 1976 di Tindouf, Aljazair dan Polisario mendeklarasikan negara Republik Demokratik Arab Sahrawi. Sejak saat itu hingga kini Polisario menjadi satu-satunya kekuatan politik di Tindouf.

Pada tahun 1991 Kerajaan Maroko dan Polisario sepakat untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dan mencari solusi damai. Sejak 2007 sengketa ini kembali dibawa ke PBB. Sejauh ini hanya Maroko yang menawarkan proposal damai dalam bentuk otonomi khusus.

Belakangan Polisairo mulai menuai kecaman dari kalangan orang Sahrawi di Tindouf yang menginginkan demokratisasi. Bahkan sejumlah petinggi Polisario mulai berani mengajak Polisario kembali ke pangkuan Maroko. [guh]

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya