Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie langsung menggelar rapat dengan pihak PLN dan SKPD setiba di Gorontalo, Rabu kemarin (5/11). Rapat digelar untuk menindaklanjuti pertemuan para gubernur dengan Presiden Joko Widodo pada Selas (4/11).
Pertemuan itu khusus membahas masalah krisis listrik, pencegahan dan perencanaan listrik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
"Untuk jangka pendek, saya minta ke PLN agar masalah listrik tidak padam lagi hingga akhir tahun ini. Turunnya pasokan daya dari sejumlah pembangkit agar segera bisa diatasi secepatnya. Jangka menengah, saya minta diinventaris kemampuan daya listrik kita, apa kendalanya termasuk jadwal realisasinya. Data ini selanjutnya akan kami paparkan ke pemerintah pusat," kata Rusli.
Di Provinsi Gorontalo sendiri sejatinya sudah memiliki sejumlah pembangkit baru dengan daya yang cukup besar, namun hingga kini penggunaannya belum optimal. Sebut saja PLTU Molotabu yang seharusnya bisa menghasilkan daya 2 x 12,5 Megawatt, namun baru satu mesin yang beroperasi. PLTU Anggrek dengan daya 2 x 25 yang ditargetkan selesai Maret 2015 namun diprediksi molor hingga akhir 2015. Tahun 2015 nanti PLN juga berencana membangun PLTG di Kabupaten Pohuwato dengan daya 2x20 Megawatt.
"Untuk jangka panjang, Kita punya data rencana pembangunan Waduk Bone Hulu. Data data ini nanti kita akan serahkan ke PLN supaya nanti bisa dikalkulasi berapa potensi daya listrik yang bisa dihasilkan dari waduk itu. Ini penting agar kedepan pasokan listrik kita semakin baik," imbuhnya.
Sementara itu, Manajer PLN Wilayah Suluttengo Santoso Januwarsono menjelaskan, krisis listrik yang terjadi di Gorontalo dan Sulawesi Utara (jaringan interkoneksi) terjadi diluar dugaan. Salah satunya disebabkan oleh faktor kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan sejumlah pembangkit listrik mengalami penurunan daya yang signifikan.
"Untuk PLTA Danau Tondano misalnya, sejatinya dia bisa mensuplai daya listrik sebesar 48 Megawatt namun saat ini hanya bisa mensuplai 22 Megawatt. Itu pun hanya bisa beroperasi selama lima jam. Angka itu diluar prediksi kami yang biasanya jika musim kemarau hanya turun menjadi 30 Megawatt. Pun demikian dengan PLTPB Lahendong. Dari total 80 Megawatt daya yang bisa dihasilkan, sejak awal Oktober lalu turun menjadi 45 Megawatt. Kemarau tidak saja menyebabkan uap yang keluar menjadi menurun, tetapi juga mengandung NSG Non Condensit Gas (uang yang tidak bisa dikondensasi)," terang pria yang akrab disapa Janu itu.
Krisis tersebut makin diperparah dengan kondisi PLTU Amurang yang kini mengalami perbaikan. Dari dua mesin yang beroperasi masing masing 1x20 Megawatt, hanya satu mesin yang berfungsi sedangkan satu mesin lagi dalam perawatan.
Berbagai persoalan krisis listrik ini selanjutnya akan dipaparkan Rusli Habibie didepan sejumlah Menteri terkait di antaranya Kementrian ESDM, Bappenas dan Kementrian PU. Rusli berharap agar persoalan listrik mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, termasuk pembangunan Waduk Bone Hulu untuk mendukung peningkatan daya listrik daerah.
[wid]