Hubungan Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Presiden Joko Widodo sudah mencair. Pertemuan empat mata antara Jokowi dengan Prabowo Subianto sebagai panglima KMP disusul pertemuan dengan Wapres Jusuf Kalla tadi sore menguatkan kesimpulan itu.
Informasi yang beredar di lapangan menyebutkan Jokowi dan KMP sudah mencapai kompromi, diantaranya dengan menempatkan figur yang kurang lebih dianggap mewakil KMP untuk ditempatkan di kabinet.
Mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung yang tadi sore datang ke Istana Merdeka memenuhi panggilan Jokowi termasuk yang diperkirakan hasil dari kompromi itu. Chairul disebut-sebut akan diplot jadi menteri bidang ekonomi.
Jokowi disarankan oleh kalangan pendukungnya tak buru-buru memilih Chairul sebagai menteri. Menempatkan Chairul di kabinet dinilai justru bisa mengganggu dan membebani pemerintahan. Akan terjadi conflict of interest mengingat ia adalah seorang pengusaha.
Lagi pula, selama menjadi menteri di kabinet SBY-Boediono, Chairul tidak menunjukkan prestasi yang bagus. Tidak ada kebijakan yang berarti yang dibuatnya, karena toh dia menjabat hanya beberapa bulan saja.
Jokowi jangan terlalu cepat kompromi dengan KMP, bila akhirnya harus memasukkan orang-orang hasil kompromi ke dalam kabinet, padahal orang-orang tersebut sama sekali, misalnya, tidak memiliki visi Trisakti. Ada baiknya Jokowi benar-benar mencari dan menempatkan orang-orang yang memiliki komitmen kuat pada gagasan ekonomi kerakyatan. Ini penting supaya perekonomian nasional di era Jokowi bisa lebih baik.
Kalau dalam pos ekonomi Jokowi tergantung pada pejabat dari pemerintah lalu, itu berarti tidak akan ada bedanya, atau dengan kata lain Jokowi gagal menghadirkan perubahan yang diharapkan rakyat banyak.
Rakyat tentu berharap Jokowi tidak menjadikan Trisakti hanya slogan semata. Cita-cita mewujudkan Trisakti harus dimulai Jokowi dengan memilih figur yang pas.
[dem]