Faktanya bangsa Indonesia mengalami kemunduran. Perkembangan politik di parlemen menegaskan bangsa ini krisis negarawan.
"Hari ini kita mengalami krisis negarawan," ujar peneliti senior Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, ketika berbicara dalam sebuah diskusi di Jakarta (Kamis, 16/10).
NKRI, katanya, dibangun di atas semangat kenegarawanan para pendiri bangsa, bukan individulisme dan antagonisme seperti yang terjadi sekarang ini. Jika para pendiri bangsa tidak punya sikap negarawan, maka pasti kita tidak akan bisa merdeka dari penjejahan bangsa lain.
Dulu, kata dia, perdebatan parlemen energinya untuk membangun bangsa sehingga perdebatannya sangat idiologis. Tapi sekarang, sudah tidak lagi seperti itu. Dicontohkan dia terkait pembahasan UU MD3 oleh DPR beberapa waktu lalu.
"Itu spiritnya jelas sudah terjawab dan terkonfirmasi saat pemilihan DPR dan MPR dan merebut pimpinan komisi. Pasal disesuaikan untuk mengunci lawan politik," katanya.
Contoh lainnya terkait pembahasan UU Pilkada. Karyono menilai UU tersebut sukses disahkan hanya untuk kepentingan kelompoknya saja.
"Matematika saja yang menang ya mayoritas. Banyak Undang-undang yang bertentangan, mengalami pergeseran nilai," katanya.
Dia berharap parlemen merubah diri dengan mengedepankan kepentingan rakyat. Perlu dicamkan oleh parlemen, antara lain adalah masalah 34 juta masyarakat Indonesia yang masih miskin, keterbelakangan, separatisme daerah yang ingin memisahkan diri, dan belum lagi tekanan dari pihak asing baik regional dan global.
"Perilaku politik elite tak mencerminkan ingin memperbaiki masalah-masalah ini. Ini celaka, padahal mereka pengambil kebijakan," pungkasnya.
[dem]