ilustrasi/net
ilustrasi/net
SETELAH amandemen UUD, kekuasaan para "Singa" dipreteli. Dia tidak lagi dianggap tepat sebagai raja hutan. Para penghuni hutan bersepakat bahwa untuk mendapatkan raja hutan baru harus dilakukan dengan cara langsung agar terasa benar benar demokratis. Hanya dengan cara voting, maka raja hutan baru bisa dilahirkan dan legitimate. Cara musyawarah mufakat antara para singa, macan, buaya, dan lain-lain menentukan raja hutan seudah dianggap ketinggalan zaman. Tidak demokratis. Melanggar hak-hak yang lain dan anti demokrasi.
Tibalah pada suatu hari akan diadakan Pilkada penghuni hutan (Pilhutan). Singa, macan, buaya dan lain-lain yang sadar dengan jumlah pengikutnya terbatas memilih pasif. Paling-paling ikut jadi anggota KPU, yang rada cerdas duduk di MK, atau Panwaslu atau di DKPP menunggu perselisihan terjadi. Kebanyakan anggota singa, buaya, macan jadi tim sukses dari salah satu penghuni hutan yang banyak pengikut atau anggotanya; rusa, monyet, banteng dan lain-lain.
Lucu juga menyakasikan ada buaya jadi tim sukses rusa, ada macan jadi tim sukses banteng, ada singa jadi tim sukses monyet. Kadang ada kekhawatiran, suatu saat tim sukses itu mamangsa majikannya. Tapi kabarnya singa atau macan atau buaya rata-rata ompong. Syukurlah !
Populer
Senin, 01 Desember 2025 | 02:29
Minggu, 30 November 2025 | 02:12
Jumat, 28 November 2025 | 00:32
Kamis, 27 November 2025 | 05:59
Jumat, 28 November 2025 | 02:08
Jumat, 28 November 2025 | 04:14
Kamis, 27 November 2025 | 03:45
UPDATE
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13
Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48
Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39