Berita

Bisnis

Pemerintah Mesti Bantu Hunian Kaum Menengah Kota

KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 | 10:09 WIB | LAPORAN:

Pemerintah mesti membantu masyarakat kelas menengah perkotaan agar tidak terjebak dengan minimnya opsi pembelian properti untuk tempat tinggal.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda membeberkan, saat ini kaum menengah dalam posisi terjebak dengan ketersediaan hunian yang ada. Sebagai contoh, seseorang dengan penghasilan sekitar Rp 7,5 juta per bulan hanya memiliki daya cicil (bila mengambil KPR) sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Dengan daya cicil itu, ujar dia, artinya mereka hanya dapat memiliki rumah sekitar Rp 300 juta yang jarak tempuhnya dinilai relatif jauh dari kota.

"Jebakan yang terjadi ketika mereka memaksakan membeli rumah tersebut, karena masih berpikir ingin mempunyai rumah dengan tanah, ternyata mereka harus menambah biaya transportasi ke tempat kerja," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (25/9).


Ia menegaskan, jebakan itu terealisasi karena masalah waktu tempuh yang diakibatkan kemacetan antara lokasi rumah-tempat kerja mengakibatkan mereka terpaksa meninggalkan rumah tersebut dan lebih memilih untuk sewa atau kos-kosan di Jakarta.
Untuk itulah pemerintah harus segera turun tangga untuk membangun pasokan hunian vertikal di perkotaan untuk segmen menengah.

"Masalah ini dapat dikategorikan sebagai public housing yang tidak bisa sepenuhnya diserahkan swasta. Karena berkaca dari program 1.000 menara rusunami yang dulu diluncurkan pemerintah ternyata gagal dikarenakan batasan harga yang diberikan pemerintah pun tidak ditaati oleh pengembang," ujar Ali.

Di sisi lain, menurut dia, pengembang pun tidak bisa disalahkan karena memang tidak ada aturan yang jelas mengenai hal tersebut. Akibatnya, harga menjadi semakin tinggi mengikuti mekanisme pasar dan tidak terjangkau kaum menengah perkotaan.

Ali menambahkan, seperti di kota Jakarta, masyarakat akan dihadapkan untuk tinggal di hunian vertikal namun masih ada persepsi lebih sukanya membeli rumah tapak karena masyarakat belum terbiasa tinggal di apartemen atau hunian vertikal.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya