Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Indonesia Mesti Berdaulat Kelola Migas

SENIN, 22 SEPTEMBER 2014 | 01:29 WIB | LAPORAN:

. Indonesia harus berdaulat sebagai bangsa besar untuk mengelola migas dengan membangun infrastruktur yang memadai agar mandiri tanpa bergantung pada pihak swasta yang dikelilingi oleh mafia.
 
Demikian ditegaskan Direktur Global Future Institute, Hendrajid dalam diskusi bertema 'Migas Untuk Rakyat' di Jakarta, Minggu (21/9). Turut berbicara Anggota Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha dan Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies, Erwin Usman. Acara ini dihadiri pula oleh ratusan peserta dari berbagai kampus seperti Universitas Indonesia, Universitas Nasional, serta organisasi kepemudaan HMI, PMII, GMNI, LMND dan lainnya.

Lebih lanjut dikatakan Hendrajid, di era reformasi, mafia migas makin menggurita pasca pemberlakuan UU 22/2001 tentang minyak dan gas bumi. Dalam UU tersebut, urusan migas didorong menjadi sangat liberal dan praktis. Sehingga, menghilangkan kedaulatan nasional atas migas, imbuhnya.


"Kerja sindikasinya makin menohok tak tanggung-tanggung ke dalam sistem negara," ujarnya.

Sementara itu dalam sesi tanya jawab, Wasekjen Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Achmad Fadjriansyah atau akrab disapa Chinday berpendapat, mengukur elit pemerintahan mafia migas atau bukan sebetulnya hal yang mudah.

"Ketika mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi, golongan atau kelompok, itulah mafia migas," jelasnya.

Contoh kasus, kata Chinday, kebijakan salah satu institusi pengatur migas yang dipimpin Raden Priyono pada tahun 2008 di mana transaksi keuangan perusahaan di bidang migas harus menggunakan bank milik pemerintah (BUMN) sehingga  keuntungannya dapat mengalir ke rakyat dari pemerintah.

"Itulah keberpihakan kepada kepentingan nasional dan rakyat," tambahnya.

Satya W. Yudha pun sependapat, kedaulatan rakyat terlalu jauh apabila dikaitkan dengan migas. Persoalan ini lebih menyangkut penguatan infrastruktur nasional agar mampu mengelola migas dengan baik, konstitusional serta kuasa pertambangan yang sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah sendiri.

"Produksi migas kita ditargetkan 900 ribu barel per hari, ada gap berapa tinggal dikalikan Rp 7 triliun. Itu dari total Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP) dan PPh Migas asumsi untuk pemerintahan ke depan," beber politisi Golkar tersebut. [rus]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya