Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Pemerintah Lebih Utamakan Ekonomi Ketimbang Bahaya Rokok

SENIN, 15 SEPTEMBER 2014 | 20:46 WIB | LAPORAN:

Hingga kini Indonesia belum juga meratifikasi aturan pengendalian tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, pemerintah lebih mengutamakan aspek ekonomi dibandingkan aspek kesehatan dari bahaya rokok. Pemerintah juga tidak memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang paling rawan terdampak bahaya rokok.

"Pemerintah lebih mengutamakan rezim ekonomi yang jadi salah satu faktor terhambatnya aksesi FCTC. Seharusnya aspek kesehatan dalam perlindungan anak didahulukan yang tidak bertentangan dengan ekonomi," katanya dalam diskusi bertema 'Urgensi Aksesi FCTC untuk Perlindungan Anak' di Jakarta (Senin, 15/9).


Menurut Asrorun, nilai ekonomi dari tembakau justru mengorbankan kesehatan anak-anak yang seyogyanya merupakan generasi penerus bangsa. Apalagi, faktanya pemasukan dari cukai tembakau juga digunakan untuk merehabilitas korban rokok. Saat ini, terdapat 82 juta anak dari jumlah populasi penduduk Indonesia yang rentan terhadap dampak rokok.

"Meskipun domainnya ekonomi, tidak bisa lepas dari aspek lain termasuk aspek perlindungan anak. Meskipun regulasi sudah ada melalui PP Tembakau tapi implementasinya belum memadai," ujar Asrorun.
Ratifikasi FCTC menunjukkan seberapa jauh komitmen pemerintah terhadap upaya perlindungan anak secara subtansif. Pasalnya, terdapat jutaan perokok aktif di Indonesia yang berdampak negatif lebih tinggi kepada perokok pasif.

Untuk itu, di akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, KPAI akan terus mendorong terealisasinya ratifikasi FCTC.

"Butuh kepemimpinan yang kuat dari pemimpinnya. Ada pertimbangan kesejahteraan rakyat, tapi ada pertimbangan ekonomi. Tarik menarik itu tidak akan selesai kalau tidak diselesaikan dengan kepemimpinan yang kuat. Komitmen presiden hadir di situ," tegas Asrorun.[dem]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya