Berita

Tiga Alasan Kepala Daerah jangan lagi Dipilih Rakyat

SENIN, 08 SEPTEMBER 2014 | 21:20 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pemuda Pertahanan Nasional (PAPERNAS) mendukung usulan pemerintah dalam RUU Pilkada agar kepala daerah dipilih DPRD, bukan lagi secara langsung oleh rakyat seperti selama ini.

Karena menurut Ketua Umum PAPERNAS, Mora Harahap, pilkada langsung hanya menguras uang negara yang cukup banyak.

"Coba banyangkan jika biaya satu Pilkada saja sekitar Rp 20 miliar. Jika ada 500 Kabupaten/Kota yang melakukan pilkada akan menelan biaya sebesar Rp 10 triliun. Belum lagi biaya yang dikeluarkan jika terjadi pilkada dua putaran, angka sebesar itu juga tidak menjamin melahirkan kepala daerah yang baik, justru selama ini banyak kepala daerah yang bermasalah," jelas Mora dalam siaran persnya (Senin, 8/9).

Selain itu, dia menambahkan, pilkada langsung oleh rakyat juga rawan konflik. Konflik antara yang menang dan kalah sering mewarnai pemilihan kepala daerah selama ini. Hal ini tentu merusakan tatanan keamanan masyarakat.

Pilkada langsung, sambungnya, juga menimbulkan potensi money politic yang cukup besar.

"Partisipasi masayarakat dalam setiap pilkada sering dirusak oleh yang namanya money politic. Selain itu kasus-kasus korupsi yang besar seperti yang menjerat mantan ketua MK juga karena suap sengketa Pilkada," tekannya.

Oleh karena itu, sudah saatnya pilkada langsung tersebut harus dievaluasi. Bahkan, tidak salah juga diubah dengan pilkada tidak langsung.

"Sudah jelas demokrasi yang kita bangun selama ini hanya demokrasi prosedural yang banyak kekuruangan karena tingkat pendidikan masayarakat kita masih rendah. Saat ini lah DPR merubahnya demi tatananan demokrasi yang lebih baik lagi," ungkap Mora, yang juga mahasiswa Komunikasi Politik Pascasarjana UMJ ini.

RUU Pilkada ini diagendakan akan disahkan pada 25 September mendatang. Sejauh ini, mayoritas fraksi di DPR sepakat kepala daerah dipilih DPRD. [zul]

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Promosi Doktor Bahlil Lahadalia dan Kegaduhan Publik: Perspektif Co-Promotor

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:56

UPDATE

Badan Intelijen Pertahanan Bisa Dipertimbangkan Hadapi Ancaman Siber

Jumat, 01 November 2024 | 00:02

Pakar Hukum: Kerugian Suap Menyuap Jauh Lebih Besar

Kamis, 31 Oktober 2024 | 23:50

PNM Sukses Sabet Penghargaan Lewat Pemberdayaan Ultra Mikro

Kamis, 31 Oktober 2024 | 23:30

Ridwan Kamil Senang Ditraktir Makan Malam Prabowo

Kamis, 31 Oktober 2024 | 23:19

Ugal-Ugalan dan Tabrak Warga, Sopir Truk Diamuk Massa Di Tangerang Kota

Kamis, 31 Oktober 2024 | 23:00

Erni Aryanti Ditunjuk Jadi Ketua DPRD Sumut 2024-2029

Kamis, 31 Oktober 2024 | 22:22

Mendag Sebelumnya Juga Impor Gula, Kejagung Jelaskan Kenapa Era Tom Lembong Diusut

Kamis, 31 Oktober 2024 | 22:02

Jadi Tersangka Pembunuh Wanita Dalam Koper, Pengusaha Ini Sudah Sering Dilaporkan

Kamis, 31 Oktober 2024 | 21:39

Giant Sea Wall Penting untuk Perlindungan dan Peningkatan Ekonomi

Kamis, 31 Oktober 2024 | 21:16

AHY Dorong Akselerasi Program 3 Juta Rumah untuk Rakyat

Kamis, 31 Oktober 2024 | 21:02

Selengkapnya