. Sastrawan sekaligus wartawan senior almarhum Mochtar Lubis pernah menyebutkan ada enam karakter orang Indonesia. Yaitu, munafik, enggan bertanggung jawab, feodal, percaya tahayul, menyukai seni dan lemah karakter.
Penilaian Mochtar Lubis itu disampaikan Joko Widodo saat menjadi pembicara 'Rancang Bangun Indonesia 2014-2019' dalam rangkaian Muktamar PKB di Hotel Empire Palace, Surabaya, malam ini (Minggu, 31/8).
Dari enam karakter tersebut, ada yang diamini dan ada yang ditolak Presiden terpilih tersebut. Namun yang jelas, sambung Jokowi, karakter rakyat Indonesia yang lemah harus diperbaiki. Karena itulah pentingnya revolusi mental.
"Revolusi mental itu perbaikan akhlak, moralitas, yang nanti akan menuju akhlakul karimah. Jadi jangan dibawa-bawa kemana-mana (wacana revolusi mental)," tegas Jokowi.
Tindak lanjut dari konsep tersebut, Jokowi menegaskan, pihaknya akan melakukan perubahan total dalam menggarap dunia pendidikan.
Menurutnya, untuk di tingkatan Sekolah Dasar (SD) harus diberikan pendidikan karakter sebanyak 80 persen. Sementara untuk SMP dan SMA masing-masing 40 dan 20 persen.
"(Rakyat Indonesia harus punya) karakter yang punya etos kerja yang baik. Karena kita akan komptesisi dengan negara lain. Tahun depan sudah mulai Asean Economic Comunity. Jadi penting pengetahuan, etos kerja, disipilin yang baik. Jangan sampai kita kalah dengan mereka. Sangat berbahaya kalau kita kalah. Itu yang harus disiapkan," ungkapnya.
Tahun 2025, tambah Jokowi, bangsa ini akan mendapatkan bonus demografi. Karena itu, kalau anak-anak Indonesia disiapkan dengan baik, maka akan untung. Indonesia bisa melompat menjadi negara maju. "Kalau tidak (disiapkan, bonus demografi) bisa menjadi bencana," tegasnya, yang dalam pemaparan itu menggunakan silde.
Karena itulah pentingnya Kartu Indonesia Pintar. Dengan kartu tersebut, anak-anak yang tidak mampu akan dipastikan mendapatkan akses sekolah minimal SMA-SMK, termasuk di pesantren. Pasalnya saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang belum bisa bersekolah.
"Itu yang saya lihat di kampung-kampung. Tak usah jauh-jauh di Jakarta, masih banyak hanya lulusan SD, SMP saja tidak tamat. Itu di Jakarta. Oleh karena itu, Kartu Jakarta Pintar yang akan membantu anak-anak kita," pungkas Gubernur DKI Jakarta ini.
[rus]