. Pemecatan kader oleh partai politik tempatnya bernaung menyeruak pasca Pilpres 2014. Perbedaan sikap dan dukungan politik terhadap pasangan capres-cawapres jadi pemicunya. Setelah Golkar, kabar pemecatan kader kini datang dari Partai Hanura.
Ketua Umum Hanura, Wiranto menyatakan telah mencopot tiga petinggi partainya. Menurut Wiranto pemecatan dilakukan karena mereka memiliki perbedaan pandangan politik.
"Tiga tokoh penting dengan terpaksa sudah kami lepas, putus hubungan politik," kata Wiranto di hadapan capres dukungannya, Jokowi di Sekretariat DPP Hanura, Jalan Tanjung Karang, Jakarta (Selasa, 12/8).
Wiranto mengatakan ketiga tokoh yang dicopot tersebut merupakan pendiri Partai Hanura. Salah satu pendiri yang dipecat Wiranto adalah Elza Syarief. Pada minggu keempat Juli 2014, advokat senior itu mengaku bukan lagi kader Hanura karena Wiranto telah melayangkan surat pemecatan terhadap dirinya. Namun Elza mengatakan keanggotaannya sebagai kader Hanura dicabut karena mendukung capres-cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, pasangan yang tidak diusung kubu koalisi Hanura. Elza Syarief tercatat sebagai salah satu pendiri Hanura.
Siapa dua pendiri Hanura lainnya yang dipecat Wiranto? Sayangnya Wiranto tidak menyebutnya. Dia hanya menegaskan tak ragu memecat kader yang melawan kebijaksanaan partai.
"Sudah saya sampaikan, tidak ragu Hanura akan amputasi siapapun yang mengingkari visi partai," katanya seperti disiarkan
JPNN<.
Partai Hanura dirintis oleh Wiranto pada tahun 2006. Partai ini didirikan oleh sejumlah tokoh antara lain Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Yus Usman Sumanegara, Dr Fuad Bawazier, Dr Tutty Alawiyah AS, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, Prof Dr Achmad Sutarmadi, Prof Dr Max Wullur.
Tokoh lainnya adalah Prof Dr Azzam Sam Yasin, Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS, Jenderal Pol (Purn) Chaeruddin Ismail, Samuel Koto, LetJen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy, Marsdya TNI (Purn) Budhy Santoso, Djafar Badjeber, Uga Usman Wiranto, Letjen TNI (Purn) Ary Mardjono, Elza Syarief, Nicolaus Daryanto, Anwar Fuadi, dan Dr Teguh Samudra.
[dem]