Berita

ilustrasi/net

Kaum Neolib Gunakan Jubah Profesionalisme untuk Kuasai Kursi Menteri

SELASA, 05 AGUSTUS 2014 | 08:16 WIB | OLEH: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Berbeda dengan politik gincu yang mengutamakan simbolisme dan mengedepankan identitas primordialistik, politik garam nyaris tak terlihat. Ibarat garam, ia menyerap dan larut dalam susana air, tak nampak di mata, namun begitu terasa di lidah.

Hingga kini, politik garam itu diyakini telah dijalankan secara terstuktur dan sistemastis oleh jejaring kelompok Sosialis Kanan (Soska) atau bisa juga disebut, meminjam istilah David Ransom, adalah kelompok Mafia Barkeley. Rata-rata, orang-orang dalam kelompok ini tak tergabung secara formal dalam jalur politik resmi.

Mereka terkesan berdiri masing-masing, namun terus menjalin komunikasi secara intensif. Dalam setiap momentum politik, gerakan mereka selalu terasa, meski susah untuk diraba. Lebih menarik lagi, kelompok ini selalu berada di semua pihak yang berkompetisi, hingga siapapun yang jadi penguasa di negeri ini, ada mereka di baliknya. Bahkan, sering kali mereka akhirnya menjadi pengendali kebijakan pemerintahan.


Memang mereka tak seperti politisi yang bergulat dan bergelut di partai politik. Mereka tak berdarah-darah, bahkan sama sekali tak berkeringat. Biasanya, mereka hadir dan merapat ketika sudah bisa diketahui calon pemenangnya. Tak heran, mereka tidak menjadi perhatian publik, dan dipastikan lolos dari setiap kritik.

Di tengah citra politisi yang hancur dengan berbagai skandal, mereka hadir laksana sosok yang bersih. Dengan jubah kaum profesional, akademisi dan para ahli, mereka merangsek masuk dalam setiap jari-jari kekuasaan.

Publik yang sudah muak dengan sementara politisi pun, akhirnya menyetujui dan memuji mereka untuk duduk di kursi menteri. Politisi yang selama ini profesional, berlatarbelakang akademisi dan punya integritas serta komit pada Konstitusi pun jadi tersudut.

Apalagi di saat yang sama, gagasan dan ide-ide mafia yang liberal, neoliberal dan bahkan ultra-liberal ini, yang sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945, disembunyikan dalam wacana zaken kabinet.

Kini, dikabarkan, kelompok ini semakin massif mengelilingi Jokowi. [ysa]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya