Berita

ilustrasi/net

Bak Drupadi yang Ditelanjangi Kurawa...

SENIN, 04 AGUSTUS 2014 | 06:46 WIB | OLEH: HARIS RUSLY MOTI

INI negeri bisa pecah dengan damai. Dijajah dengan damai. Rakyat makin melarat dengan damai.

Semua orang hanya bisa menyaksikan dengan kedukaan air mata dan kemarahan, tapi hanya bisa menonton, karena harus tunduk pada aturan permainan yang ditentukan pihak musuh, yang telah disepakati.

Kita tak mungkin menang di dalam medan pertarungan yang telah dirancang dan dikendalikan pihak lawan. Judhistira Pandawa pasti kalah main judi dengan jenis permainan dan sistem permainan yang telah ditentukan Kurawa dan Sengkuni.


Mana mungkin bangsa ini bisa menang bertarung menghadapi bangsa lain, bila sistem yang dirancang untuk dipakai bangsa ini adalah demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, yang bagaikan "meja judi", dikendalikan sepenuhnya oleh Inggris dan Amerika Serikat.

"Aku selalu merasa bahwa perang (fisik) tak berharga. Bahwa rencana harus sedemikian rupa di mana kita tidak harus berakhir luka, tapi musuh harus berakhir kehilangan segalanya"  (Sengkuni).

Akhirnya seluruh kerajaan Indraprasta yang susah payah dibangun oleh Pandawa diambil alih secara damai oleh Kurawa melalui meja judi, tak ada setetes darah keluar.

Tak hanya kehilangan kerajaannya, para Pandwa pun nyaris jadi budaknya Kurawa. Bahkan, yang paling tragis Ibu Pertiwi Drupadi dipermalukan, ditelanjangi dan diseret seperti binatang, semuanya berlangsung secara aman dan damai.

Di saat semua itu terjadi, tak ada yang sanggup menghentikan, mulut boleh berteriak marah, tapi para ksatria dan tentara tak dibenarkan mengangkat senjata untuk membela kehormatan, karena semua permainan berlangsung sesuai sistem yang telah didesign pihak musuh dan telah disepakati kedua belah pihak.

Di era reformasi, melalui "meja judi" demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, bangsa Indonesia telah kehilangan segalanya, kehilangan tanah air dan kandungannya, kehormatan diinjak-injak. Dan, semuanya berlangsung secara aman dan damai. [***]

Penulis adalah Kordinator Petisi 28


Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya