Berita

Mega dan JK/net

Politik

Simalakama Hubungan Mega dan JK

RABU, 30 JULI 2014 | 00:47 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Tidak dapat dipungkiri bahwa Jusuf Kalla adalah salah satu faktor penting di balik kemenangan sementara Joko Widodo sampai Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan apakah gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan Prabowo Subianto dapat dikabulkan atau tidak.

Jusuf Kalla politisi senior yang telah merasakan asam garam politik dan pemerintahan.

Jusuf Kalla pernah menjadi menteri di era Abdurrahman Wahid (1999-2001) dan Megawati Soekarnoputri (2001-2004), juga wakil presiden mendampingi SBY (2004-2009). Pos penting lain yang pernah ia duduki adalah ketua umum partai politik terbesar di Indonesia, Golkar.


Sebelum mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2014, Jusuf Kalla memimpin dua lembaga bergengsi, Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Latar belakang, pengalaman, jaringan politik dan jaringan bisnis JK inilah yang dinilai berperan besar dalam memuluskan langkah Jokowi ke kursi RI-1.

Di luar hal-hal tersebut di atas, JK juga memiliki catatan lain. Karena ingin bertindak dan bekerja cepat, JK terkadang cenderung mengabaikan aturan main yang berlaku.

Ketika menjadi wakil presiden mendampingi SBY, JK mengeluaran Keputusan Wakil Presiden tentang penanggulangan bencana menyusul tragedi tsunami di Aceh pada Desember 2004. Masalahnya, keputusan itu tidak memiliki dasar hukum.

Sebelumnya, JK memainkan peran dominan dalam pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I. Ia disebutkan tidak segan dan tidak ragu menekan Presiden SBY dalam penyusunan kabinet.

Pengaruhnya terbilang besar di tubuh pemerintahan SBY periode 2004-2009.

Kini JK memasuki landscape politik yang baru.

Bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan presiden terpilih Jokowi, JK sudah barang tentu ikut menentukan wajah pemerintahan baru.

Kalangan aktivis dan politisi yakin bahwa ketiga orang itu, Mega, Jokowi dan JK, menginginkan dukungan yang signifikan untuk pemerintahan baru, termasuk dukungan dari parlemen.

Di sinilah masalahnya berkembang ke arah lain yang sudah dikhawatirkan Mega sebelumnya.

Pengertian dukungan penuh dari parlemen juga ditentukan oleh ukuran koalisi, termasuk koalisi lawan. Bila Koalisi Merah Putih tetap solid, dapat dipastikan koalisi yang dipimpin Prabowo Subianto itu memiliki 2/3 kursi di parlemen dan menjadi masalah serius bagi pemerintahan Jokowi-JK.

Karena itu kekuatan koalisi oposisi harus digembosi dan diperkecil.

Dalam konteks ini penting untuk memikirkan segara cara yang mungkin demi menarik dukungan Golkar untuk Jokowi.

Tetapi, menarik dukungan Golkar untuk Jokowi bisa berarti memberikan kesempatan kepada Jusuf Kalla untuk memperbesar basis politiknya di dalam pemerintahan Jokowi yang menganut paham koalisi tanpa syarat.

Ketika basis politik JK, non-parlementer plus parlementer, semakin besar, dikhawatirkan JK akan kembali ke prilaku politik saat masih menjadi pendamping SBY.

Megawati yang ingin menjadi satu-satunya matahari di dalam koalisi ini tentu tidak menginginkan kehadiran matahari lain selain dirinya.

Sampai titik ini nampaknya dibutuhkan konsensus politik lain di antara ketiga tokoh utama itu.

Selebihnya, wallahualam. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya