Berita

Abdurrahman wahid

Adhie M Massardi

Kisah Gus Dur dan Kekuasaan

MINGGU, 13 JULI 2014 | 23:52 WIB | OLEH: ADHIE M. MASSARDI

“Tidak ada kekuasaan yang layak dipertahankan dengan mengorbankan darah (rakyat) sekalipun hanya setetes!”  

TIDAK aku kisahkan kepadamu tentang “Gus Dur dan kekuasaan” kecuali sebagai pedoman bagaimana amanah jabatan (publik) itu harus diperlakukan. Dan tidak sekali-kali aku ceritakan kisah ini melainkan untuk meredam kegaduhan orang-orang yang (hendak) memobilisasi massa (rakyat) demi (merebut) kekuasaan yang fana.

Sungguh, mereka tidak tahu bahwa beberapa bulan sebelum persekongkolan jahat menggulingkan Gus Dur dan menjadikan Megawati presiden dilaksanakan, Abdurrahman Wahid bin Wahid Hasyim bin Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama, keliling Jawa dan Madura.


Ketika itu aku merasa tidak sedang mengikuti Presiden RI melainkan bupati yang blusukan dari desa ke desa, tapi juga seperti sedang mengikuti pimpinan NU karena yang disambangi pondok-pondok pesantren.

“Sekarang ini suhu politik sedang memanas. Tapi saya minta para kiai jangan ikut-ikutan. Para santri tidak usah ikut-ikutan. Ngaji Qur’an saja yang baik,” itulah kata-kata yang selalu disampaikan Gus Dur di setiap pondok pesantren yang disowani.

Demikianlah, dengan kesabarannya Gus Dur akhirnya berhasil meredam gejolak jutaan pengikutnya yang meradang karena pemimpinnya didzalimi.

Aku membayangkan, kalau tidak diredam kemarahan para pengikutnya, niscaya akan banyak darah tumpah. Karena Kapolri dan Panglima TNI (waktu itu), menurut Gus Dur, sudah menyiapkan pasukan khusus untuk melibas mereka!

“Tidak ada kekuasaan yang layak dipertahankan dengan mengorbankan darah (rakyat) sekalipun hanya setetes!”

Itulah kalimat yang disampaikan Gus Dur kepadaku, kepada sahabat-sahabatnya, kepada seluruh rakyat Indonesia setelah meninggalkan Istana kekuasaan.

Maka, wahai orang-orang yang berpikir, tidaklah layak bagimu membenturkan rakyat, menumpahkan darah mereka, semata-mata demi jabatan dan kekuasaan yang belum tentu bermanfaat bagimu dan bagi orang banyak. [***]


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya