Berita

Keahlian Burhanuddin di Bidang Statistika Dipertanyakan

SABTU, 12 JULI 2014 | 18:09 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pernyataan Burhanuddin Muhtadi disinyalir menyinggung banyak pihak. Tidak hanya para pendukung Prabowo-Hatta, akademisi, khususnya ahli-ahli statistika, sudah mulai angkat bicara. Banyak di antara mereka yang merasa heran terhadap keberanian Direktur Indikator Politik Indonesia itu saat menyebut hasil hitung cepat Pilpres pasti benar.

"Bahkan ada teman saya yang bilang gini, 'Burhan itu memang belajar statistika dimana? Kalau di Indikator dia bekerja sebagai Direktur, belum tentu menguasai Statistika lho. Bisa jadi yang mengerjakan orang lain. Karena tidak paham statistika, dia berani saja mengklaim kebenaran absolut hasil surveinya," jelas Ketua DPP PAN Saleh P. Daulay (Sabtu, 12/7).

Saleh menilai, apa yang disampaikan temannya itu wajar. Mengingat maraknya "jualan" survei belakangan ini. Semua pihak mulai mempertanyakan latar belakang masing-masing para penjual survei itu. Kalau memang tidak memiliki back ground mendasar dalam bidang itu, semestinya dilarang untuk malakukan survei, apalagi menjualnya ke pasar politik.


"Setahu saya, Burhan memang dikenal sebagai sosok yang cerdas. Namun, saya belum menemukan latar belakang spesialisasinya dalam bidang Statistika. Ketika kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah, dia belajar Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin," beber Saleh.

Ketika belajar di Australia, Burhan juga belajar di department Asian Studies. Walaupun meneliti tentang kiprah PKS, namun penelitiannya tergolong penelitian kualitatif, bukan kuantitatif yang membutuhkan analisis statistika.

"Bukan apa-apa, saya juga alumni AS. Tetapi saya jujur mengatakan bahwa saya tidak ahli statistika. Pelajaran statistika hanya saya peroleh 2 semester. Karena itu, saya merasa tidak layak membuat survei, apalagi survei politik. Lebih jauh, saya tidak pantas mencari ma'isyah lewat survei," ungkap master Filsafat jebolan Colorado States University, Amerika Serikat ini.

Karena itu, usulan untuk melakukan audit terhadap lembaga survei sangat tepat. Malah, audit itu mesti dimulai dengan melakukan ujian statistika. Setidaknya, dua tiga orang professor ahli statistika diminta untuk menguji kemampuan basis pengetahuan statistika para peneliti di lembaga-lembaga survey yang ada.

"Bila lulus, baru dilanjutkan dengan audit terhadap metodologinya. Tetapi bila tidak lulus, segera diumumkan bahwa lembaga tersebut tidak lulus dan tidak layak melakukan survei politik," demikian Saleh.

Sebelumnya, berdasarkan hasil hitung cepat Indikator, pasangan Jokowi-JK unggul dengan raihan 52,95 persen, sedangkan Prabowo-Hatta hanya mengumpulkan 47,05 persen. Data IPI menggunakan 2 ribu TPS dengan margin of erorr 1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.  "Kalau hasil hitungan resmi KPU nanti terjadi perbedaan dengan lembaga survei yang ada di sini, saya percaya KPU yang salah," kata Burhan Kamis malam kemarin. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya