Pemuda Muhammadiyah melaporkan Wimar Witoelar ke Polda Metro Jaya pada Senin (30/6) pekan lalu. Hal ini terkait montase foto yang diposting pendukung Jokowi-JK itu di akun Facebook dan Twitternya.
Kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Rabu, 9/7), Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahni Anzar Simanjuntak memastikan akan mengawal penanganan kasus tersebut.
"Bersama tim kuasa hukum, kami besok (Kamis, 10/7) akan menyambangi Polda untuk menanyakan perkembangan penanganan kasus tersebut," kata Dahnil yang membidangi Buruh Tani dan Nelayan ini.
Pasalnya, sambung Dahnil, warga muhammadiyah dan kader Pemuda Muhammadiyah terus mempertanyakan perkembangan penanganan kasus tersebut kepada mereka, yang pada Senin lalu diberi kepercayaan untuk melaporkan Wimar ke Polda.
"Karena penghinaan yang dilakukan Wimar tersebut sangat menyakitkan warga Muhammadiyah," demikian Dahnil, yang juga dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.
Montase foto yang diunggah Wimar Witoelar itu menampilkan foto Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Keduanya diapit Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, Abubakar Baasyir, dan Habib Rizieq di sebelah kiri. Sementara sebelah kanan tampak Suryadharma Ali, Ketum Golkar Aburizal Bakrie, Presiden PKS Anis Matta, dan AA Gym.
Di bawah foto itu, terdapat lambang ormas seperti Muhammadiyah, MUI, FPI, Hizbut Tahrir Indonesia, dan lainnya. Sementara foto Ali Imron, Imam Samodra, Amrozi, Osama Bin Laden dan Soeharto sebagai
background. Wimar memang telah meminta maaf atas pemuatan montase foto yang diberi judul
'Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys. Bahkan, bekas jurubicara pemerintahan Gus Dur ini juga mengaku sudah men-delete montase foto tersebut di
timeline-nya.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Bidang Luar Negeri, Teguh Santosa yang turut melaporkan kasus tersebut, memastikan Wimar diadukan bukan karena benci.
"Kami laporkan soal ini bukan karena benci. Ini adalah pelajaran untuk kita semua, termasuk saya dan Anda, agar berhati-hati untuk setiap tindakan dan ucapan kita di media sosial. Bagaimanapun, pesan yang kita sampaikan memiliki dampak," ujar Teguh yang juga dosen FISIP UIN Jakarta.
[zul]