Aksi kekerasan yang dilakukan massa PDIP terhadap studio TV One dikesalkan banyak kalangan. Karena itu, Megawati dan Jokowi harus bisa menertibakan anak buahnya dan mentalnya musti direvolusi.
"Cara-cara anarkis ini bisa merusak demokrasi dan kebebasan pers. Jika cara-cara premanisme ini terus dilakukan dapat memicu konflik horisontal," tegas Ketum Federasi LSM Indonesia, HM. Jusuf Rizal (Jumat, 4/7).
Menurutnya, apapun yang dilakukan oleh
TV One dalam pemberitaan, jika ada yang keberatan semestinya dilaporkan ke Dewan Pers atau Komite Penyiaran Indonesia (KPI), bukan dilakukan dengan cara seperti komunis.
"Anak buah Megawati dan pendukung Jokowi-JK harus menghargai aturan hukum. Tidak boleh semaunya sendiri dan mentang-mentang. Jangan karena banyak mantan jenderal dikubu Jokowi-JK lantas mau main hakim sendiri," tegas pria praktisi komunikasi dan juga Presiden Lira (Lumbung Informasi Rakyat) itu.
Menurutnya memang semestinya media harus netral dalam Pilpres 2014. Tapi karena berbagai kepentingan media TV, cetak, radio dan online terbelah. Sebagian mendukung Prabowo-Hatta dan sebagian Jokowi-JK.
Berdasarkan analisa Jusuf Rizal setidaknya media pendukung Prabowo-Hatta antara lain Group Bakri (TV One,
Viva News dan
ANTV) serta MNC (
RCTI, Global, MNC TV, Sindo TV, Radio dan Majalah dll).
Sementara media pendukung Jokowi-JK antara lain group Jawa Pos, Media Grup, (
Media Indonesia, Metro TV), Kompas Group, Tempo Group,
Jak TV (Artha Graha Group), Trans Group (Detik.com), dan lain-lain.
Dalam pemberitaan, lanjut Jusuf Rizal sebenarnya bukan hanya
TV One yang seharusnya di kritisi. Berita
Metro TV justru jauh lebih provokatif, namun pendukung Prabowo-Hatta tidak mengikuti jejak anarkis pendukung Jokowi-JK.
"Karena itu Federasi LSM Indonesia menyarankan kepada Megawati dan Jokowi-JK menertibkan anak buahnya. Semua pihak harus dewasa jangan sampai terjadi konflik horisontal yang akan merugikan bangsa Indonesia," tegasnya.
Pria berdarah Batak-Madura ini mengimbau kepada kedua pendukung Capres Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK harus dapat menghargai perbedaan dan demokrasi. "Pilih sesuai hati nurani yang dapat membawa Indonesia bangkit mengejar keteringgalan agar berdaulat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain," tandasnya.
[zul]