Komunikasi menyerang tampaknya telah menjadi pola debat pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebisa mungkin capres-cawapres itu mengalahkan lawan debat meski keluar dari konteks yang dibicarakan.
Sebaliknya, Prabowo-Hatta lebih menghargai lawan, mengedepankan cara-cara elegan yang seakan telah menjadi karakter sikap pasangan nomor urut 1.
“Hatta juga mengkritisi pandangan JK. Tapi semua masih dalam konteks juga disampaikan dengan elegan,†jelas pengamat politik Ahmad Zulkarnaen Lubis Senin (30/6).
Ahmad Zulkarnaen Lubis mengungkapkan terkait debat capres-cawapres, khususnya yang digelar Minggu malam kemarin yang mengangkat tema, SDM dan Iptek
Dalam amatannya, Jusuf Kalla lebih banyak menyerang Hatta Rajasa. JK misalnya mencecar Hatta persoalan pribadi menyangkut kehidupan keluarga. Namun, serangan JK tersebut tidak efektif. Malah cenderung senjata makan tuan.
"Pelurunya kena diri sendiri. Mau nembak Hatta tentang pendidikan, kok nanya cucunya sekolah dimana? Eh, ternyata cucu Hatta belum sekolah, masih bayi," ungkap dia.
Menurutnya, kesalahan itu terjadi karena JK terlalu semangat menyerang Hatta. Ia menilai dari ekspresi wajah, JK sangat yakin beberapa pertanyaannya bisa membuat Hatta terpojok. Tapi faktanya, Hatta malah menangkis semua serangan dengan penuh meyakinkan.
Termasuk saat JK menyerang soal “kebocoran negara†yang pernah dilontarkan Prabowo Subianto.
“JK bahkan bertanya tentang sesuatu yang di luar konteks pembicaraan. Apa hubungannya istilah ‘kebocoran negara’ dengan tema debat (pengembangan sumber daya manusia dan Iptek)? Kok itu ditanyakan juga? Tapi Hatta tetap jawab,†terangnya.
Sebaliknya, sekali JK ditanya perihal ketidaksetujuannya mengenai penghapusan ujian nasional (UN) langsung kewalahan. “Kelimpungan. Tak bisa menjelaskan, karena pandangannya berbeda dengan yang tertulis di visi-misi,†pungkas Ahmad Zulkarnaen Lubis, yang bergiat di Jaringan Peneliti Muda Indonesia (JAMPI) ini.
[zul]