Berita

Debat Capres (3): Konperensi Pers Bersama

SENIN, 23 JUNI 2014 | 13:41 WIB | OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK

PRABOWO Subianto kembali memberikan dukungan kepada ide dan pemikiran Jokowi dalam debat calon Presiden putaran ketiga dengan topik "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional".  Paling tidak tiga kali Prabowo menyatakan hal tersebut di malam itu.

Pertama, tentang pelatihan dan pendidikan bagi TKI. Kedua, pembangunan industri pertahanan nasional. Dan ketiga, tentang hubungan Indonesia Australia. Sementara perbedaan pendapat kedua kandidat terutama mengenai pembelian tank Leopard dari Jerman dan sengketa Laut China Selatan.  

Dalam kasus penjualan Indosat, terlihat jelas cerdiknya Jokowi dengan memberikan solusi akan berupaya membeli kembali saham-saham yang sekarang sudah dimiliki perusahaan asing. terutama untuk mengembangkan konsep pembangunan drone untuk memperkuat wilayah maritim Indonesia.

Kedua calon presiden ini menggunakan pendekatan yang berbeda saat memulai pemaparan visi misinya.  Prabowo selalu mengkaitkan dengan tema besar yang selalu diusungnya yaitu tujuan bernegara yaitu mencapai kemakmuran bersama.  Karena itu ketahanan nasional, kemananan nasional, dan keselamatan nasional terletak pada rakyat yang makmur.

Sementara Jokowi langsung pada inisiatif dan langkah-langkah prioritas kebijakan.  Antara lain, perlindungan TKI, perlindungan sumber daya alam, komoditas dalam dan luar negeri, serta menjaga ketertiban regional dan dunia. Satu kejutan yang dilontarkan Jokowi adalah mendukung Palestina menjadi negara merdeka sepenuhnya.

Satu hal yang paling menarik adalah bahwa pada debat di sesi-sesi selanjutnya, arah diskusi ternyata banyak berkaitan dengan prioritas-prioritas kebijakan yang diungkapkan oleh Jokowi.  Ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh moderator maupun sesi tanya jawab antara kandidat.

Pada sesi kedua misalnya, moderator mempertajam masalah sumber daya alam.  Dalam kaitan ini, Jokowi keluar dengan ide baru yaitu pembangunan "drone" dan pemanfaatan TI untuk perang cyber.  Sementara Prabowo kembali mengungkapkan tema-tema besar yang pernah diungkapkan dan sama sekali tidak baru.  Seperti kebocoran sumber daya alam yang telah dimanfaatkan oleh perusahaan asing atau minimnya gaji PNS, polisi, hakim. itu semua telah membuat Indonesia kurang berwibawa dan tidak dihormati.

Pada sesi ketiga, kedua kandidat sepakat bahwa diplomasi akan dikedepankan apabila terjadi benturan dengan negara lain.  Dengan rhetorikanya Prabowo menegaskan tidak akan menyerahkan satu jengkal tanahpun kepada asing.  Sedangkan Jokowi menegaskan, di samping pemerintah, pentingnya diplomasi "business to business" dan membawa kasus ke mahkamah internasional.

Sesi ini dilanjutkan dengan topik perlindungan tenaga kerja.  Jokowi yang diberi kesempatan pertama untuk menjelaskan hal ini benar-benar memanfaatkan dengan mengajukan inisiatif kebijakan yang dilakukan. Termasuk memanfaat kedutaan untuk secara aktif melakukan pengawasan, serta pelatihan-pelatihan bagi TKI sebelum diberangkatkan. Ide cemerlang ditegaskan Jokowi yang akan melarang pengiriman TKI kepada negara-negara yang tidak memiliki undang-undang yang menjamin keselamatan TKI.

Prabowo memberikan jawaban mengenai latar belakang kenapa tenaga kerja Indonesia harus bekerja di negara lain. Yaitu kemiskinan yang melanda sebagian besar daerah terbelakang di Indonesia. Dia bertekad untuk memperbaiki hal itu.  Namun kemudian Prabowo tidak bisa mengelak bahwa fenomena TKI masih akan terus terjadi.  Dalam kondisi ini dia sepakat dengan Jokowi bahwa pelatihan dan perlindungan harus diberikan kepada TKI.

Dalam sesi tanya jawab antar calon Presiden, tiga pertanyaan tajam dilontarkan oleh Prabowo. Yaitu masalah sengketa  Laut Cina Selatan, peran Indonesia dalam WTO, danpenjualan Indosat saat pemerintahan Megawati. Meningkatnya ketegangan antara China dengan negara ASEAN lainnya seperti Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia, dalam isu Laut Cina Selatan terutama dalam memperebutkan Pulau Spratly dan Paracel.  Dalam hal ini Indonesia tidak terkait langsung, tapi sebagai anggota ASEAN, Indonesia turut aktif dalam dialog perdamaian.  Karena itu jawaban Jokowi sejalan dengan yang selama ini diperankan oleh pemerintah yaitu diplomasi melalui ASEAN.

Namun saat menjawab tentang WTO dan Indosat, di awalnya Jokowi terlihat kurang paham mengenai peran WTO dalam mengatur perdagangan internasional. Jawaban Jokowi tidak langsung menjawab arah pertanyaan Prabowo.  Sementara dalam menjawab mengenai penjualan Indosat, Jokowi memberikan gambaran situasi ekonomi yang sulit saat pemerintahan Megawati. Dengan tegas Jokowi berjanji akan membeli kembali saham Indosat. Komitmen Jokowi ini membuat Prabowo tidak bisa lagi menggali kelemahan Jokowi.

Sedangkan Jokowi juga mengajukan tiga pertanyaan yang cukup tajam kepada Prabowo. Yaitu tentang citra perubahan yang dibangun Prabowo dikaitkan dengan politik internasional, pembelian tank leopard dan pengembangan industri pertahanan nasional, serta hubungan Indonesia-Australia yang seringkali turun naik.

Tentang perubahan dalam politik internasional, Prabowo dengan tegas menyatakan akan melanjutkan kebijakan Presiden SBY yang dianggap cukup berhasil.  Prabowo tidak ingin asal membawa perubahan.

Hal ini berbeda saat Obama tahun 2008 membawa slogan "Change You Can Believe In".  Secara konsisten dalam setiap debat Obama selalu mengajukan konsep-konsep perubahan dalam kebijakannya.  Menurut  Robert O. Weiss, dalam debat politik, isu dan citra yang mau dibangun kandidat erat kaitannya. Karena itu setiap kandidat harus konsisten dalam menjawab isu-isu atau topik dengan citranya.

Perbedaan tajam di antara Prabowo dan Jokowi adalah dalam soal pembelian tank Leopard.  Pertanyaan yang diajukan oleh Jokowi memperlihatkan bagaimana tim debat Jokowi mempersiapkan dengan baik materinya.  Karena sebenarnya ini adalah topik yang sangat dikuasai oleh seorang Prabowo Subianto, karena latar belakangnya sebagai seorang militer.  

Jokowi menolak Leopard karena dengan berat sekitar 60 ton akan sulit tanah, jalan dan jembatan di Indonesia untuk menopang beban Leopard.  Sementara Prabowo menggambarkan penggunaan tank Leopard untuk misi perdamaian dan selama ini juga sudah digunakan di negara-negara Asia lainnya.


Harapan Publik

Judith S. Trant dkk dalam bukunya "Political Campaign Communication" menyatakan bahwa salah satu strategi yang perlu diterapkan setiap kandidat sebelum debat adalah membuat harapan publik yang rendah kepada kandidat.  Dalam hal topik tentang "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" jelas publik dan media lebih menjagokan Prabowo dari pada Jokowi.  Diperkirakan Jokowi akan menjadi bulan-bulanan Prabowo, karena dia sangat menguasai topik ini.

Pada kenyataannya Jokowi tampil prima, konsisten dengan fokus pada langkah-lamgkah kongkrit yang kemudian mampu mengarahkan topik debat kepada hal-hal yang telah diungkapkan saat visi-misi disampaikan.  Sementara Prabowo tampil sangat sopan untuk ukuran debat politik, dan karena lebih mengkaitkan topik pada tema besar yang selalu diusung, membuat Prabowo terbawa dengan jawaban Jokowi dan tiga kali mendukungnya.  Publik sangat terkejut atas penampilan dan jawaban-jawaban Jokowi.  Memakai baju batik, sebelumnya dua kali memakai jas, membuat Jokowi lebih santai dan memberi gambaran nasionalis.

Pada akhir debat, saya mendapat pesan pendek bahwa pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden sudah tidak diperlukan lagi.  Karena calon No 1 cenderung mendukung pendapat calon No 2. Sementara saya berpendapat bahwa debat semalam telah menjadi ajang konperensi pers bersama antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo.   Kedua kandidat telah tampil prima semalam dengan karakter masing-masing.

*Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta.


Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Sukses Amankan Pilkada, DPR Kasih Nilai Sembilan Buat Kapolri

Jumat, 29 November 2024 | 17:50

Telkom Innovillage 2024 Berhasil Libatkan Ribuan Mahasiswa

Jumat, 29 November 2024 | 17:36

DPR Bakal Panggil Kapolres Semarang Imbas Kasus Penembakan

Jumat, 29 November 2024 | 17:18

Pemerintah Janji Setop Impor Garam Konsumsi Tahun Depan

Jumat, 29 November 2024 | 17:06

Korsel Marah, Pesawat Tiongkok dan Rusia Melipir ke Zona Terlarang

Jumat, 29 November 2024 | 17:01

Polri Gelar Upacara Kenaikan Pangkat, Dedi Prasetyo Naik Bintang Tiga

Jumat, 29 November 2024 | 16:59

Dubes Najib Cicipi Menu Restoran Baru Garuda Indonesia Food di Madrid

Jumat, 29 November 2024 | 16:44

KPU Laksanakan Pencoblosan Susulan di 231 TPS

Jumat, 29 November 2024 | 16:28

Kemenkop Bertekad Perbaiki Ekosistem Koperasi Kredit

Jumat, 29 November 2024 | 16:16

KPK Usut Bau Amis Lelang Pengolahan Karet Kementan

Jumat, 29 November 2024 | 16:05

Selengkapnya