Berita

foto:net

Mengkhawatirkan, Indonesia Negara Nomor 1 Pengunduh Video Kekerasan Seksual Anak

RABU, 18 JUNI 2014 | 13:36 WIB | LAPORAN:

Mengejutkan, Indonesia menjadi negara nomor satu terkait kejahatan seksual terhadap anak di internet (Child Abuse Material).

"Karena, video kekerasan terhadap anak di-upload itu dari Indonesia, ada sekitar 70 ribu kasus di sosial media dan itu mengejutkan sekali. Padahal di Bangladesh hanya ada 3 ribu kasus saja," kata Ketua Yayasan Parinama Astha Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, di kawasan Sudirman, Jakarta hari ini (Rabu, 18/6).

Menurut Saras, angka tersebut sudah berada pada tahap mengkhawatirkan. Untuk itu, pihaknya tengah berusaha melakukan pencegahan dari internet service provider (ISP). Langkah pertama yang harus diambil untuk mengatasi hal ini adalah pemblokiran situs porno di internet.


"Kita juga mau kerjasama dari finance karena ada yang mau menonton itu bayar, dan itu bisa dilihat dari track transaksinya. Sebab, diperkirakan nilai industri pornografi anak sebesar 50 miliar dolar AS pertahunnya," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Safe Childhood International, Nathalia Kira Catherine Perry mengamini bahwa Indonesia adalah negara nomor satu di dunia yang mengunduh video child abuse di internet.

"Namun, bukan berarti Indonesia adalah kasus terburuk. Tapi di sosial media itu yang terburuk, Indonesia yang paling terparah," ucapnya.

Kasus semacam itu kata Nathalia tengah tren di internet. FBI sendiri melansir informasi bahwa terdapat 750 ribu pelaku kekerasan seksual terhadap anak di dunia maya. "Modusnya itu pelaku aktif mencari foto, video atau bahkan anak yang live bisa mereka jadikan korban kekerasan seksual. Child abuse material sangat bahaya untuk anak di dunia ini," katanya lagi.

Bahkan di dunia, lanjutnya, Indonesia berada di urutan 40 untuk masyarakat yang suka mengunduh dan menyaksikan foto-foro kekerasan seksual terhadap anak melalui internet. Data tersebut diperolehnya dari interpol.

"Namun demikian, Indonesia belum terhubung kepada komunitas internasional atau pelaku internasional, mungkin karena bahasa ada limitasi," jelas Nathalia. [rus]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya