Berita

Adhie M Massardi

Gus Dur, Pers dan Obor Rakyat

SENIN, 16 JUNI 2014 | 04:27 WIB | OLEH: ADHIE M. MASSARDI

SEBUAH tabloid, namanya Obor Rakyat, telah membuat salah satu pasangan capres-cawapres dan para pendukungnya blingsatan. Konon dalam tabloid yang peredaran dan jumlah pembacanya pasti lebih kecil dari pengguna media sosial itu, ada fitnah, hujatan, dan berita yang mendiskreditkan mereka.

Saya tidak tidak tahu seberapa keji fitnah dan hujatan di tabloid itu terhadap capres dan partai pendukungnya. Tapi bisa dipastikan, dibandingkan dengan apa yang pernah dialami Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) saat masih presiden, mungkin hanya seujung kuku perbandingannya.

Ketika itu (2000-2001) pers nasional hampir semuanya terseret gelombang politik fitnah dan penghujatan. Bahkan yang main streamseperti majalah Tempo dan Kompas, yang dibela Gus Dur secara fisik dari tekanan rezim Soeharto maupun kelompok intoleran, terseret arus itu.   Tapi Gus Dur tetap bersahabat dan menghormati dunia pers kita. Tak pernah muncul dalam benaknya untuk memperkarakan media yang nyata-nyata menebar fitnah. Makanya, ketika majalah Tempo berseteru dengan konglomerat Tommy Winata, Gus Dur kembali membela Tempo dan turut hadir di pengadilan.

“Konsumen pers itu kalangan terdidik. Karena itu sangat mudah meyakinkan mereka. Kalau kita bisa memberi mereka fakta yang benar, masalah selesai,” kata Gus Dur meyakinkan (saya).

Pandangan Gus Dur terhadap pers secara umum pernah diutarakan kepada saya untuk disampaikan kepada tokoh-tokoh pers yang menjadi pengurus SPS (Serikat Penerbitan Suratkabar) pada awal Februari 2001.

Oleh teman-teman pers senior itu, pandangan Gus Dur diteruskan ke World Association of Newspapers (Organisasi Perusahan Suratkabar Dunia) sebagai pernyataan resmi Presiden RI dalam rangka menghormati kebebasan pers.

Beberapa kalimat saya kutipkan di sini:

“Saya berjuang secara konsisten untuk menegakkan demokrasi di Indonesia, sampai saya menjadi Presiden RI ke-4 sekarang ini. Dalam keterbatasan kebebasan pers waktu itu, saya bersyukur bahwa pikiran dan pandangan saya diangkat oleh pers.”

“Terlalu lama bangsa Indonesia berada dalam keadaan tanpa kemerdekaan pers. Maka ketika koridor kebebasan dibuka, lebih banyak orang mengambil profesi ini tanpa terlebih dulu belajar mengenai peraturan, moral, dan etika pers. Akibatnya banyak berita yang tidak akurat, tidak berimbang, memelintir fakta, kebenaran, dan melanggar nilai moral serta etika.”

“Ini merupakan harga yang harus dibayar dalam proses belajar menuju tingkat profesionalisme yang standar, untuk meningkatkan peran pers sebagai pemberi peringatan dini dalam tatanan demokrasi.”

“Saya tidak ingin mengorbankan kemerdekaan pers hanya karena proses belajarnya yang sedang dilalui, demi tegaknya demokrasi yang sesungguhnya di Indonesia.”

Semoga pandangan Gus Dur terhadap pers ini bisa dijadikan pelajaran bagi para kandidat presiden. Sehingga kalau nanti benar-benar menjadi presiden, tidak kaget menerima gelombang kritik. Dan yang penting, tidak timbul pikiran untuk memperkarakan dengan tujuan memenjarakan insan pers kita, seperti presiden pengganti Gus Dur. [***]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya