Berita

net

Bisnis

Presiden Baru, Ekonom Trisakti Pro Rakyat Vs Ekonom Yang Merugikan Rakyat

RABU, 11 JUNI 2014 | 12:18 WIB | OLEH: ABDULRACHIM K

DALAM kontes Capres dan Cawapres 2014, siapapun yang menang akan menghadapi masalah-masalah ekonomi yang sangat berat. Defisit neraca transaksi berjalan, defisit perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit anggaran, nilai rupiah yang anjlok, subsidi energi APBN 2014 yang meledak menjadi Rp 392 triliun.

Sementara Eropa masih tertatih-tatih dalam pemulihan ekonominya, sehingga pemulihan ekspor kita masih lamban dan Amerika Serikat sudah efektif mulai mengurangi stimulus ekonominya ( quantitative easing ) dan rencananya secara bertahap akan menaikkan suku bunganya, sehingga dolar di emerging market, termasuk Indonesia, akan otomatis mengalir kembali ke negara asalnya Amerika Serikat karena menjanjikan keuntungan yang lebih besar dan kepastian hukum.

Juga pada 2015, menghadapi Pasar Bebas ASEAN ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) yang berarti kita akan diserbu berbagai barang dan jasa dari ASEAN yang lebih kompetitif sehingga mengancam ekonomi Indonesia karena kita tidak pernah menyiapkan dengan serius sebelumnya.
Selain itu, masih banyak masalah ekonomi yang lain seperti besarnya pengangguran, besarnya kesenjangan kaya-miskin, ketimpangan antar wilayah, mahalnya biaya logistik, daya beli yang rendah, terlalu banyak impor dan lainnya.

Selain itu, masih banyak masalah ekonomi yang lain seperti besarnya pengangguran, besarnya kesenjangan kaya-miskin, ketimpangan antar wilayah, mahalnya biaya logistik, daya beli yang rendah, terlalu banyak impor dan lainnya.

Selama ini kita hanya menggunakan indikator-indikator makro terutama pertumbuhan ekonomi yang dicitrakan seolah-olah cukup tinggi sehingga seolah-olah ekonomi kita baik dan menteri-menteri ekonomi telah berprestasi. Hal ini bisa menipu, karena banyak sekali indikator ekonomi penting yang lain yang menunjukkan bahwa kualitas pertumbuhannya buruk, misalnya  daya beli rakyat semakin turun, kesenjangan meningkat drastis, pengangguran dan kemiskinan tidak bisa turun signifikan padahal anggaran untuk kemiskinan sangat besar dan makin besar.

Yang menderita dalam kondisi seperti adalah masyarakat menengah bawah dan tidak mempunyai harapan perbaikan kedepan karena kebijakan ekonomi makronya tidak berpihak kepada mereka. Oleh karena itu ,siapapun yang menang dalam  Pilpres 2014 ini bila menteri-menteri ekonominya tetap ekonom-ekonom yang beraliran Neoliberal, lebih berpihak kepada pasar bebas, anti kepada subsidi , mengobral saham BUMN , tidak punya perhatian khusus untuk menyejahterakan rakyat, apalagi bila terlibat KKN, maka rakyat akan bertambah panjang penderitaannya, walaupun pemerintah membungkusnya dengan slogan-slogan Trisakti, Prorakyat dan sebagainya.

Kondisi penderitaan rakyat yang sudah 10 tahun ini bila ditambah lagi dengan beberapa tahun ke depan amat berbahaya, karena bisa menyebabkan masalah-masalah dan keresahan sosial yang dalam.

Siapapun yang menang dalam Pilpres 2014, kabinetnya harus diisi dengan ekonom yang progresif, pro rakyat, mampu menterjemahkan Trisakti ajaran Bung Karno dalam kebijakan dan program ekonomi dan harus sudah terbukti dalam rekam jejaknya, bukan hanya bisa menyusun visi-misi yang itu hanya merupakan janji yang sangat mudah membuatnya dan mengingkarinya.

Ekonom dalam posisi tersebut juga harus yang qualified, pengalaman di pemerintahan, birokrasi dan telah banyak berprestasi menyelesaikan masalah bisnis dan ekonomi tingkat nasional, bukannya pendatang baru yang hanya berkapasitas menulis artikel dan wawancara-wawancara ekonomi.

Apabila kabinetnya hanya diisi dengan ekonom yang konservatif tradisional apalagi yang beraliran Neoliberal, yang pasti mempunyai jalur internasional untuk melayani kepentingan-kepentingan internasional, maka bukan hanya membuat penderitaan rakyat makin dalam tetapi Sumber Daya Alam kita juga terancam untuk dikuras, utang negara dan swasta akan semakin menggunung dan kesenjangan makin meningkat.

*Penulis adalah Aktivis dan Pengamat Ekonomi
[ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya