Berita

jenderal moeldoko/net

Politik

Harus Ada Tindakan kepada Petinggi TNI AD Agar Tidak Tercipta Disharmoni

SENIN, 09 JUNI 2014 | 12:35 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Isu keterlibatan Babinsa dalam pengarahan politik warga bisa jadi merupakan bagian dari politisasi TNI yang membahayakan keamanan negara.

Demikian disampaikan  ilmuwan politik, Muhammad AS Hikam, di halaman facebooknya menanggapi artikel berjudul "Beberapa Keanehan dalam Kasus Babinsa Koramil Gambir" (klik di sini).

Perkembangan terakhir, Panglima TNI dan Bawaslu menolak tudingan penggunaan Babinsa untuk mobilisasi dukungan bagi capres tertentu. Anehnya, justru TNI AD sendiri yang terkesan mengamini tudingan tersebut dan bahkan telah menjatuhkan sanksi disiplin kepada dua anggotanya. Inilah sebuah indikasi ketidaksinkronan dalam elite TNI yang tidak boleh terjadi.


"Panglima TNI Jenderal Moeldoko benar ketika beliau kemudian mengambil alih masalah isu Babinsa tersebut dan menyatakan bertanggungjawab," kata Hikam.

Sebagai warganegara yang baik dan peduli dengan keutuhan dan integritas TNI sebagai komponen utama ketahanan negara dan terjaminnya keamanan nasional, Hikam sangat sepakat dengan langkah Panglima TNI.

"Tindakan disiplin harusnya dilakukan kepada oknum petinggi TNI AD, sehingga tidak muncul disharmoni," tegasnya.

Lebih lanjut Panglima TNI dan Kapolri juga harus memberikan peringatan tegas kepada para purnawirawan Jenderal yang terlibat dalam timses capres untuk tidak menarik alat negara dalam politik. Walaupun dalam retorika para purnawirawan itu sudah mengatakan tidak akan menyeret TNI dan Polri, tetapi dalam kenyataan mereka masih memiliki kemampuan dan pengaruh.

Last but not the least, lanjutnya, Presiden juga perlu bertindak tegas terhadap oknum-oknum Jenderal yang tidak netral atau diragukan dalam menjaga netralitas TNI dan atau Polri. Sebagai panglima tertinggi angkatan perang, Presiden bisa melakukan tindakan mengganti mereka-mereka yang sudah diindikasikan tidak netral.

"Dengan demikian, martabat TNI akan dipulihkan dan proses demokrasi juga tak akan mendapat gangguan serius karena kekhawatiran adanya intervensi dari militer dalam Pilpres," tutup Hikam. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya