Berita

net

Politik

Politisasi TNI untuk Keuntungan Capres Membahayakan Keamanan Negara

SENIN, 09 JUNI 2014 | 11:58 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Pengguliran isu keterlibatan Babinsa dalam mendukung pasangan Pilpres kini telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan.

"Jika hal ini masih dimainkan, yang paling dirugikan adalah TNI dan akan membahayakan keamanan nasional," ujar ilmuwan politik, Muhammad AS Hikam, di halaman facebooknya menanggapi artikel berjudul "Beberapa Keanehan dalam Kasus Babinsa Koramil Gambir" (klik di sini).

Menurut eks Menristek ini, TNI yang telah susah payah dan konsisten melakukan reformasi internalnya lebih dari 15 tahun terakhir sedang menghadapi manuver politisasi demi kemenangan capres-cawapres tertentu.


Dia melihat beberapa sumber masalah. Pertama, komitmen pimpinan TNI terhadap netralitas lembaganya tidak sesuai dengan kenyataan. Dua, peran para mantan jenderal TNI dan Polri yang ikut menjadi timses pendukung capres.

"Secara konstitusional, para purnawirawan itu memang punya hak penuh terlibat dalam politik. Tapi, keterlibatan tersebut tidak boleh melibatkan lembaga TNI dan anggota aktif. Pelibatan keduanya adalah pelanggaran serius dan menciderai komitmen alat negara RI," tulis AS Hikam, beberapa saat lalu.

Hikam melihat fakta-fakta menunjukkan bahwa ada "jarak" antara komitmen dengan pelaksanaan netralitas TNI. Sebagaimana yang pernah disinyalir oleh Presiden SBY tentang upaya menyeret jenderal aktif dalam Pilpres, hal ini bisa mempengaruhi netralitas jika tidak segera dihentikan.

"Ditambah lagi dengan kiprah para purnawirawan yang sebagian memiliki sumberdaya, jejaring, dan kekuatan finansial maka potensi gangguan terhadap netralitas TNI menjadi makin besar," terangnya.

Menurut Hikam, kabar terjadinya pertemuan KSAD Jenderal Budiman dengan Megawati sebelum penentuan cawapres pendamping Jokowi, dengan mudah menyulut spekulasi publik bahwa petinggi TNI AD telah tidak netral (klik di sini).

"Kabar adanya oknum Jenderal Polisi yang juga menjadi penghubung antara JK dengan Mega (klik di sini), yang juga dilansir oleh media, makin menambah spekulasi adanya ketidaknetralan tersebut," tegasnya. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya