Bea Cukai terus menyelidiki penanggungjawab penyelundupan minyak mentah di Kepulauan Riau (Kepri) yang mencapai 60 ribu metrik ton. Ini merupakan penyelundupan terbesar dalam sejarah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik meminta aparat Bea Cukai makin meningkatkan pengawasannya terhadap upaya penyelundupan minyak mentah dan BBM yang merugikan negara.
“Tangkap terus para penyelundup itu, tangkap dan tangkapin,†tegas Jero di Gedung DPR Jakarta, Kamis malam (5/6).
Agar kasus itu tidak terulang lagi, kata dia, Bea Cukai harus semakin memperketat pengawasan. Soalnya, maling BBM akan terus ada walaupun sudah ada yang ditangkap.
Dalam keterangan tertulis Bea Cukai, Selasa (3/6), Bea Cukai Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau beserta kepolisian menangkap kapal MT Jelita Bangsa dengan bendera Indonesia. Kapal ini menyelundupkan minyak mentah yang berasal dari sumur milik Chevron Pacific Indonesia di Dumai.
Kapal tanker tersebut harusnya mengirimkan minyak mentah ke kilang Pertamina di Balongan, Jawa Barat. Minyak ini telah menjadi milik Pertamina. Namun, kapal tersebut malah mengirimkan minyaknya ke sebuah kapal bernama MT Ocean Maju.
Bea Cukai melansir, MT Jelita Bangsa merupakan kapal yang disewa PT Pertamina (Persero). Kapal ini dimiliki PT Trade Maritim Tbk (TRAM) dan membawa 59.507,66 metrik ton minyak mentah. Potensi kerugian dari minyak yang diselundupkan MT Jelita Bangsa mencapai Rp 450 miliar dan berimplikasi pada berkurangnya pasokan bahan baku BBM dalam negeri.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengapresiasi tindakan yang dilakukan Bea Cukai. Pihaknya terus menindaklanjuti temuan tersebut dan kini sudah memasuki tahap penyidikan. Langkah itu untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat aksi penyelundupan minyak.
“Tapi ini luar biasa, 60 ribu ton itu besar sekali terbesar sepanjang sejarah,†ucap Chatib.
Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Agung Kuswandono mengaku terus melakukan penyelidikan soal siapa yang bertanggung jawab. Pihaknya juga bekerja sama dengan kepolisian.
“Jadi data ini masih tangkapan saja dulu, belum ada proses lanjut, masih pendalaman,†katanya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, minyak yang diselewengkan itu merupakan minyak limbah alias sisa pencucian tangki kapal yang bercampur air dan tersimpan dalam
slop tank.“Setelah kami klarifikasi kepada pemilik kapal, didapatkan informasi berdasarkan pengakuan Perwira Senior MT Jelita Bangsa bahwa minyak yang sudah dipindahkan dari MT Jelita Bangsa adalah limbah sisa pencucian kompartemen kapal yang masih mengandung sisa minyak. Jadi bukan kargo minyak mentah milik Pertamina dari Chevron Pacific Indonesia,†ungkap Ali. ***