Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Pemerintah diharapkan tegas terhadap kebijakan meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Pengamat Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany mengatakan, pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan (Menkes) harus tegas.
Menurutnya, tidak ada alasan lagi untuk pemerintah menunda pemberlakuan FCTC. Soalnya, Indonesia sudah sangat terlambat soal itu jika dibanding Singapura dan Malaysia yang sudah menerapkan sejak 4-5 tahun lalu.
Hasbullah menilai, alasan perusahaan rokok mengalami kerugian jika kebijakan ini diterapkan cuma akal-akalan. “Perusahaan rokok selalu akal-akalan saja. Senangnya menunda-nunda kebijakan yang sudah dibuat,†tegas dia.
Anggota Komisi IX DPR Poempida Hidayatulloh mengatakan, jika pemerintah tetap memberlakukan FCTC maka akan ada pengurangan pekerja di sektor industri rokok, bahkan juga merugikan para petani tembakau.
“Tidak menutup kemungkinan akan terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran hingga pabrik gulung tikar,†imbuhnya.
Padahal, menurut Poempida secara keseluruhan pekerja di sektor industri tembakau menyerap tenaga kerja sekitar 4,1 juta orang. Dari jumlah itu 93,77 persen diserap kegiatan usaha pengolahan tembakau, seperti pabrik rokok.
Sedangkan, penyerapan di sektor pertanian tembakau menyerap sekitar 6,23 persen.
Tembakau Sumber Ekonomi MasyarakatKoordinator Komunitas Kretek Indonesia wilayah Jakarta Indra G Windiaz mengatakan, tembakau dalam bentuk rokok kretek adalah sumber ekonomi bagi masyarakat dan negara.
Windiaz menilai, masalah yang paling nyata dari ratifikasi tembakau adalah tergusurnya masyarakat kecil yang semula mencari mata pencaharian dari industri rokok kretek.
“Mereka lebih mempercayakan kepada mesin, dengan asumsi perubahan selera pasar. Ini modus saja sebenarnya, “ tegas Windiaz.
Ia menegaskan, rokok kretek bentuk kearifan lokal sehingga harus dijaga. Rokok kretek ini tidak hanya memiliki relasi dengan produk-produk heritage lainnya tapi juga simbol dari Indonesia dan disampaikan dengan elok.
Koordinator Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Zulvan Kurniawan menilai di tengah musim Pemilu yang merupakan pesta demokrasi, ribuan buruh kehilangan pekerjaan. Itu sangat disayangkan karena komoditas rokok kretek yang seluruh kontennya tersedia di dalam negeri telah hidup dan berkembang ratusan tahun. Bahkan menyumbang uang yang tidak sedikit untuk negara. ***