Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengembangkan budidaya ikan tuna sirip kuning (yellow fin tuna) di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali.
“KKP berhasil mengembangkan budidaya ikan tuna sirip kuning yang memiliki nilai ekonomis di pasar dunia. Bahkan kita mampu memproduksi benih tuna,†kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP-KKP) Achmad Poernomo kepada Komunitas Wartawan Kelautan dan Perikanan (Komunikan) saat Press Tour ke Singaraja-Buleleng, Bali, akhir pekan lalu.
Menurut Poernomo, peluang budidaya tuna masih sangat terbuka dengan ketersediaan baby tuna di perairan Indonesia. Prospek budidaya tuna di Indonesia sangat bagus mengingat produksi ikan tangkapan sudah tidak bisa ditingkatkan lagi.
Ia mengungkapkan, perairan Indonesia yang diapit Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadi daerah jelajah terbesar aneka spesies tuna.
International Seafood Suitanability Foundation mengemukakan dari total penangkapan 4 juta ton tuna pada 2009, 68 persen berasal dari Samudera Pasifik dan 22 persen berasal dari Samudera Hindia.
Dengan limpahan tersebut, lanjut Poernomo, menjadikan Indonesia sebagai pengekspor tuna terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Thailand. Pada tahun 2011 jumlah ekspor tuna ke Jepang mencapai 142.000 ton.
Namun, besarnya permintaan tuna mendorong terjadinya ekploitasi besar-besaran sehingga populasi tuna menurun dalam 10 tahun terakhir. Selain mengalami penurunan dalam jumlah dan bobot, wilayah penangkapan juga semakin jauh. Hal itu menyebabkan nelayan bermodal terbatas kesulitan.
“Di sinilah penelitian menjadi sangat penting. Sebab, kita juga telah memiliki peta posisi tuna sehingga nelayan tidak perlu mencari, melainkan cukup mendatangi,†terang Poernomo.
Dia mengklaim KKP telah mengaplikasikan teknologi tinggi agar dapat membudidayakan ikan tuna. Sebab, jika mengandalkan dari alam atau hasil tangkapan lama kelamaan akan habis, makanya untuk menjaga kelestariannya diperlukan pembudidayaan.
Selain itu, KKP telah merekomendasikan 36 paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas sektor kelautan dan perikanan.
“36 paket teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh para penyuluh perikanan untuk kepentingan masyarakat,†katanya.
Kepala BBPPBL Gondol Rudhy Gustiono menambahkan, hasil penelitian dengan miniloger terungkap suhu optimum dan kedalaman renang berbagai jenis ikan tuna di Samudera Hindia. ***