Berita

Kampanye Hitam Berasal dari Capres yang Sibuk Menanggapi?

KAMIS, 29 MEI 2014 | 18:52 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Kampanye hitam yang marak muncul jelang Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang sangat disayangkan. Meski memang hal itu sebenarnya wajar terjadi di alam demokrasi. Karena di Amerika Serikat juga ditemukan kasus serupa.

Penilaian itu disampaikan pengamat komunikasi politik Hendri Satrio kepada Rakyat Merdeka Online petang ini (Kamis, 29/5).

Namun, terhadap keberadaan kampanye hitam tersebut, perlu kedewasaan dari calon presiden dan calon wakil presiden dalam menyikapinya. Para kontestan harus mengajak masyarakat lebih dewasa dalam menyikapi.


"Kampanye hitam akan hilang dengan sendirinya kalau tidak ada reaksi berlebihan dari capres. Kalau capres tidak menanggapi, masyarakat juga tidak akan menanggapi," tekan dosen Universitas Paramadina ini.

Sejauh ini belum ada yang bisa membuktikan kampanye hitam itu berasal darimana. Namun, menurutnya, tanggapan dan reaksi dari para capres bisa menjadi indikasi siapa yang mengeluarkan kampanye hitam tersebut.

"Kalau dia bereaksi sendiri, berisik sendiri apalagi ngomong dimana-mana, berarti dia (atau timnya) sendiri yang bikin (kampanye hitam). Supaya terkesan dizalimi," jelas Hendri.

Dia membandingkan antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo dalam menyikapi beragam kampanye hitam. Prabowo sama sekali tidak pernah menanggapi isu HAM, salah satu isu yang kerap digunakan untuk menyerang mantan Danjen Kopassus itu.

"Paling hanya Fadli Zon (Wakil Ketum Gerindra) yang menanggapi. (Fadli) konsisten mengatakan (isu HAM) tidak pernah terbukti. Selain itu, dia (Fadli) juga sering mengatakan, lagi pula kenapa dulu tidak dipersoalkan ketika (Prabowo) berpasangan dengan Mega," ungkap Hendri.

Hal ini berbeda dengan Jokowi terkait isu yang meragukan keislaman misalnya. Jokowi di banyak tempat terus bereaksi dan menanggapi isu tersebut. Terakhir, dia mengatakan bahwa dia adalah seorang Islam dalam forum Tanwir Muhammadiyah dan Mukernas Muslimat NU.

"Jadi sekarang kedewasaan demokrasi kita diuji. Dan itu juga tergantung para capres," demikian Hendri. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya