ilustrasi, Kapal Perang SSV
PT PAL (Persero) berhasil menjual 2 unit kapal perang tipe Strategic Sealift Vessel (SSV) ke militer Filipina. PenÂjualan ini sangat bersejarah bagi Indonesia karena meruÂpakan penjualan kapal perang pertama ke luar negeri.
Direktur Utama PAL FirmanÂsyah Arifin menjelaskan, kapal perang tipe SSV memiliki keÂunggulan khususnya bagi negara kepulauan. Kapal terseÂbut mamÂpu difungsikan untuk keÂperluan perang dan non perang.
Untuk kebutuhan perang, kapal ini mampu membawa hingga 500 personel. Kapal ini juga bisa membawa 2 unit helikopter, kapal Landing Craft Utility (LCU), Landing Craft Vehicle Personnel (LCVP), tank, hingga truk militer. DeÂngan kapal perang tipe ini, personel mampu menjangkau hingga perairan dangkal.
“Dia bisa angkut pasukan hingga
drop pasukan. Kapal itu di satu daerah, bisa bawa kapal dengan mendarat kapal LCU dan LCVP yang berukuran keÂcil. Dia kecil (LCU dan LCVP) tapi punya kecepatan tinggi,†kata Firmansyah, kemarin.
Kapal yang memiliki panÂjang 123 meter dan lebar 21,8 meter ini mampu melaju deÂngan kecepatan maksimal 15 knot. Selain untuk keperluan miÂliter, kapal perang asli ranÂcangan putra-putri Indonesia di Surabaya, Jawa Timur ini bisa diperuntukkan untuk keperluan non perang.
Saat terjadi bencana, lanjut Firmansyah, kapal ini bisa diÂfungsikan menjadi rumah sakit terapung hingga kapal angkut bantuan. Hal ini sangat diperÂlukan oleh Filipina karena keÂrap terkena bencana alam.
“Karena negaranya sering kena bencana sehingga bisa unÂtuk tugas kemanusian. Jadi bahan makanan bisa didrop untuk peÂnyelamatan. Itu multi fungsi karena bisa berfungsi untuk perang atau bencana,†jelas dia.
Firmansyah mengatakan, kapal perang tipe SSV tersebut dibanderol senilai 45 juta dolar AS per unit. Kapal perang ini merupakan pengembangan dari kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125).
Kapal tersebut merupakan kapal yang awalnya dikemÂbangÂkan bersama Korea SelaÂtan (Korsel). Namun, akhirnya dimodifikasi oleh tenaga ahli PAL. Sehingga muncullah kapal tipe SSV.
“Konten lokal sekitar 35 perÂsen, permesinan masih dari luar. Kami dulu belajar dari Korea ketika TNI AL pesan kapal ke Korsel. Waktu kita pesan 4 unit sebanyak 2 unit dibaÂÂngun di KorÂea dan 2 unit dibangun di PAL. Di situ ada transfer tekÂnologi untuk memenuhi kebutuÂhan kita sendiri. BerdaÂsarkan transfer teknologi. Itu yang dijual ke FiÂlipina,†terangnya. ***