Pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta rute Lebak Bulus-Kampung Bandan (koridor selatan-utara) dinilai salah kajian. Namun, proyek bernilai triliunan rupiah ini dipastikan akan tetap dilanjutkan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, beberapa hari lalu, ada seorang perwakilan warga Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang mendatanginya ke Balaikota Jakarta.
Menurutnya, warga itu meminta proyek pembangunan MRT rute Lebak Bulus-Kampung Bandan (koridor selatan-utara) dibatalkan dengan alasan menggunakan kajian yang salah.
Kepada warga tersebut, Ahok menjelaskan, proyek MRT Jakarta memang menggunakan kajian yang salah karena tak sesuai perkembangan ibukota.
Namun, bukan berarti harus dengan membatalkan koridor selatan-utara. Menurutnya, koridor itu tetap merupakan jalur yang berguna.
"Mereka lucu (warga Fatmawati), suruh (proyek MRT) dibatalkan. Jangan dibatalkan, karena idealnya Jakarta perlu dua-duanya. Hanya kalau suruh pilih mana yang seharusnya didahulukan, harusnya ya timur-barat karena itu yang paling padat,†ujarnya.
Menurut Ahok, dahulu yang padat memang koridor selatan-utara. Tapi setelah 20 tahun, yang harus dibangun dahulu seharusnya koridor timur-barat. "Hanya timur-barat kajiannya tidak ada. Daripada tidak ada yang dibangun, ya kita teruskan saja yang selatan-utara," jelas Ahok.
Ahok menjelaskan, pembangunan koridor timur-barat lebih penting karena sesuai perkembangan di bidang perumahan dan kendaraan yang masuk ke ibukota dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak. Tepatnya dari Bekasi dan Tangerang.
"Apalagi kalau dari selatan kan sudah dilayani
loopline kereta api. Asal dibangun underpass dan
flyover di tiap pelintasan, kereta api bisa melayani tiap satu menit. Kereta Api sama MRT itu sama. Bedanya cuma yang satu PT KCJ, yang satu lagi PT MRT," jelasnya.
MRT Jakarta merupakan moda transportasi umum massal berbasis rel yang rencananya akan membentang sekitar 110,8 kilometer (km). Terdiri dari koridor selatan-utara (Lebak Bulus-Kampung Bandan) sepanjang sekitar 23,8 km dan koridor timur-barat sepanjang kurang lebih 87 km.
Pembangunan koridor selatan- utara dari Lebak Bulus-Kampung Bandan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI) sepanjang 15,7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada 2018.
Tahap kedua akan melanjutkan koridor selatan-utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8,1 km yang akan mulai dibangun sebelum tahap pertama beroperasi dan ditargetkan beroperasi pada 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
Sedangkan koridor timur-barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024-2027
Sebelumnya, Ahok menilai, pembangunan MRT Jakarta menggunakan kajian yang salah. Menurutnya, kajian Japan International Cooperation Agency (JICA) mengenai pembangunan rute Lebak Bulus-Kampung Bandan tidak sesuai dengan perkembangan kawasan ibukota saat ini.
Ia menilai, jalur MRT lebih tepat jika dibangun dari timur ke barat, yakni menghubungkan Cikarang (Bekasi) hingga Balaraja (Tangerang). Pasalnya, permukiman penduduk lebih banyak di jalur timur-barat dibanding selatan-utara.
"Lagi pula, jalur selatan-utara kan jalannya relatif bagus, jadi cukup dengan bus Transjakarta. Dari selatan-utara juga sudah ada jalur lingkar kereta api. Kalau timur-barat kan belum ada. Tapi, Jepang tetap ngotot utara-selatan," katanya.
Ahok mengungkapkan, beberapa waktu lalu ia bertemu dengan sejumlah profesor dari Jepang. Pertemuan dilakukan di rumah dinas Dubes Jepang untuk Indonesia. Dalam pertemuan itu, ia mengaku telah menyampaikan secara terbuka bahwa kajian Jepang tentang proyek MRT di Jakarta keliru untuk saat ini karena kajian itu dibuat sekitar 20 tahun lalu.
Menurut Ahok, kajian pembangunan MRT pada 20 tahun yang lalu masih benar karena pada saat itu pusat kegiatan ekonomi masih terpusat di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Perumahan-perumahan mewah pun hanya berada di kawasan Menteng, Kebayoran Baru, Pondok Indah hingga Cinere, Depok.
"Dahulu kan belum terpikirkan akan ada Gading, Serpong, BSD, Cikarang dan Balaraja. Tapi, Jepang sudah menganggap kajian mereka yang paling benar ya sudah lah," ujarnya pasrah.
Ahok mengaku telah mengundang pihak swasta yang berminat membuat kajian proyek MRT koridor timur-barat. Bila nantinya kajian tepat, ia berjanji akan mengusahakan pembangunan jalur itu.
Nggak Perlu Nunggu MRT, Perbaiki Transportasi UmumPengembangan transportasi umum di ibukota tidak perlu menunggu beroperasinya mass rapid transit (MRT). Sebelum MRT selesai dibangun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tetap perlu mengambil langkah jangka pendek dan menengah. Pelayanan transportasi umum lainnya tetap perlu ditingkatkan agar daya tariknya semakin kuat untuk masyarakat.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Edi Nursalam mengatakan, peningkatan pelayanan transportasi umum di ibukota harus segera dilakukan.
Jika tidak, menurutnya, masyarakat akan semakin tidak tertarik pada transportasi umum. Apalagi pengoperasian MRT masih lama.
Seperti diketahui, jika sesuai rencana, MRT mulai beroperasi pada 2018. Sementara pembangunan monorail hingga sekarang belum ada kejelasan. “Yang paling mungkin adalah mengembangkan transportasi umum berbasis jalan terlebih dahulu. Moda transportasi umum seperti ini sudah ada dan butuh kerja keras menatanya,†ujarnya.
Transportasi umum berbasis jalan yang ada terbagi dalam bus Transjakarta dan angkutan umum reguler. Kedua moda ini paling mungkin dikembangkan dan ditata karena sudah tersedia untuk masyarakat ibukota.
Sesuai data DTKJ, bus Transjakarta menjangkau 20 persen pelayanan penumpang transportasi umum berbasis jalan. Sedangkan angkutan umum reguler melayani 80 persen penumpang di ibukota.
“Bus Transjakarta perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya. Caranya, dengan terus menambah armadanya serta melakukan sterilisasi jalurnya,†tegasnya.
Pekerjaan berat yang harus dilakukan adalah menata angkutan umum reguler.
Menata moda transportasi umum yang jumlahnya lebih dari 60 ribu ini tidak mudah. Bertahun-tahun Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta berusaha menata angkutan umum reguler, namun hasilnya belum optimal.
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Ellen SW Tangkudung mengatakan, Dishub DKI Jakarta harus tegas terhadap pemilik angkutan umum reguler. Pasalnya, penataan moda transportasi umum ini tak bisa menunggu hingga MRT beroperasi pada 2018.
“Saat MRT menjadi tulang punggung transportasi umum massal, angkutan umum reguler ini menjadi kunci utama,†ujarnya.
Angkutan umum reguler yang sudah ada saat ini, menurut Ellen, dapat difungsikan sebagai pengumpan (feeder) dari wilayah permukiman menuju transportasi umum terintegrasi seperti Transjakarta, kereta Commuter Line, MRT dan Monorail.
“Feeder ini perlu untuk mengantarkan para pengguna MRT dari rumahnya,†katanya.
Penataan angkutan umum reguler, lanjut Ellen, tak hanya terbatas pada peremajaan armada dan fasilitas, tetapi juga restrukturisasi trayek. Jalur angkutan umum reguler yang mulai sepi penumpang karena berhimpitan dengan jalur bus Transjakarta dapat dipindahkan untuk melayani trayek lain yang masih sepi moda transportasi umumnya. ***