Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan dan pengangguran yang signifikan pada akhir 2015. Tahun itu adalah tahun pertama Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III. Pencapaian ini berdasarkan sejumlah evaluasi.
“Pada akhir tahun 2015, kemiskinan di Indonesia akan turun menjadi 9 hingga 10 persen, pengangguran 5,7 hingga 5,9 persen dan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,5 hingga 6,3 persen,†ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Armida Alisjahbana di Gedung Bidakara, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5-6,3 persen dalam sasaran Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015. Sasaran pembangunan ekonomi lainnya adalah inflasi mencapai kisaran 4,5 persen plus minus satu persen.
Armida menjelaskan, RKP 2015 akan melanjutkan reformasi bagi percepatan pembangunan ekonomi yang berkeadilan melalui pembangunan yang inklusif.
Reformasi yang sedang berjalan juga perlu dilanjutkan dalam segala bidang yaitu bidang politik, hukum dan keamanan, ekonomi dan kesejahteraan rakyat, kemudian percepatan pembangunan ekonomi secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing.
Dia mengatakan, penyusunan RKP 2015 mengacu RPJMN 2015-2019 dengan mempertimbangkan hasil evaluasi sebelumnya yakni strategis jangka menengah dan tema yang telah digariskan RPJPN 2005-2025.
Tema RPJMN 2015-2019 adalah memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan daya saing kompetitif perekonomian berbasis keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meningkat.
“Pertumbuhan ekonomi ini melalui transformasi perekonomian yang didukung oleh industrialisasi dalam arti luas yang didukung penguasan iptek dan inovasi serta pembangunan infrastruktur, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memantapkan ketahanan pangan, energi dan air,†kata Armida.
Pengamat ekonomi Hendri Saparini memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa 6 persen, hampir sama dengan pemerintah yang telah merevisi ke bawah asumsi pertumbuhan ekonomi dari 6,4 persen menjadi 5,9-6,1 persen.
“Pertumbuhan ekonomi tidak akan jauh dari pertumbuhan ekonomi 2013, sekitar 6 persen,†ujar Hendri.
Menurut dia, kondisi eksternal masih akan berpengaruh terhadap perekonomian di tanah air, namun diperkirakan relatif lebih baik dibanding kondisi ekonomi sebelumnya.
“Saat Amerika mengurangi stimulusnya maka dampaknya akan ke Indonesia baik di sektor keuangan maupun non keuangan,†ungkapnya.
Hendri mengatakan, kondisi ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor Indonesia juga akan mengalami perbaikan sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan kembali ekspor.
“Sayang, China dan Jepang tidak akan ada peningkatan yang signifikan, padahal ekspor kita lebih dari 50 persen ke sana,†ujarnya.
Namun, kata Hendri, kendati nanti sejumlah negara tujuan ekspor Indonesia mengalami perbaikan, umumnya permintaan yang dibutuhkan negara-negara tersebut yakni barang jadi, sementara Indonesia sebagian besar mengekspor bahan baku dan energi.
“Ekspor kita 60 hingga 70 persen itu energi dan bahan baku. Kalau mau mendorong ekspor, apakah ada pasar baru. Berbeda dengan China yang 90 persen ekspornya barang jadi,†tandasnya. ***