Berita

margarito kamis/net

Politik

Halal, Bagi-bagi Kursi di Kabinet Mesti Diikuti Kekompakan di Parlemen

SELASA, 29 APRIL 2014 | 14:15 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Koalisi partai politik berujung bagi-bagi kursi tidak diharamkan dalam perpolitikan yang berdasar konsititusi.  

Pakar tata negara, Margarito Kamis, realitas perpolitikan dalam sistem presidensial Indonesia sekarang membutuhkan penggabungan partai politik untuk memuluskan kemenangan dalam kompetisi Pilpres.

"Partai kita banyak dan kemudian ada presidential threshold. Secara konstitusi memungkinkan penggabungan suara. Secara konstitusi, penggabungan itu hanya dimaksudkan di pemerintahan. Difokuskan di pemerintahan atau kabinet," ujar Margarito saat diwawancara Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 29/4).


Tetapi dalam pandangannya, koalisi untuk membentuk pemerintahan itu tak ada faedahnya kalau tidak pula dilakukan di tingkat pemerintahan.

"Betul, ini sistem presidensial, kekuasan presiden tak dibagi dengan DPR. Tapi hak DPR itu bisa digunakan sedemikian rupa dan membuat pemerintahan lumpuih. Misalnya, DPR tidak setuju APBN atau kebijakan lainnya, akibatnya tidak ada duit untuk jalankan program. Apa tidak mampus?" urai doktor hukum asal Ternate ini.

Menjadi agak logis, katanya, bila partai yang mengajukan capres itu pikirkan koalisi yang dimaksudkan untuk kekuatan di parlemen. Karena itu sejak awal, partai yang mengajak dan diajak koalisi harus terbuka.

"Bicarakan apa yang dikoalisikan? Hal-hal sifatnya strategis harus dibicarakan bersama, baru setelah itu ketok palu kebijakan. Janganlah ketika sudah dilakukan baru minta dukungan. Karena itu apa saja yang mau dibuat pemerintahan dibicarakan bersama antara partai-partai yang memerintah," ujar dia lagi.

Dengan mengikutkan partai lain di pemerintahan, itu sama dengan memberi dan membagi tanggung jawab. Karena itu, maka logis sekali kalau rekan-rekan koalisi ingin tahu dan ingin diajak bicara hal yang sifatnya strategis karena tentu saja akan ikut menanggung tanggung jawabnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya