Berita

jokowi cium tangan mega

Anggapan Jokowi Capres Boneka Semakin Tak Terbantahkan

RABU, 16 APRIL 2014 | 22:02 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pertemuan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama sejumlah Duta Besar di kediaman pengusaha Jacob Soetoyo pada Senin malam lalu (14/4) sebenarnya hal yang wajar. Pasalnya, seorang gubernur atau siapapun berhak bertemu dengan perwakilan negara-negara sahabat.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indo Strategi Andar Nubowo kepada Rakyat Merdeka Online malam ini (Rabu, 16/4).

Namun, dia menjelaskan, pertemuan yang digelar di rumah pengusaha dan di luar jam kerja resmi itu tidak etis dalam perspektif etika politik. Seharusnya, pertemuan dilakukan secara resmi di kantor atau lembaga resmi dengan protokoler yang telah diatur.


"Misalnya di Kantor Gubenur atau di Kedubes sendiri. Maka, wajar jika hal itu dianggap sebagai pertemuan politik Jokowi untuk mencari dukungan dari negara Amerika Serikat, China, Australia, dan sebagainya," bebernya.

Bagi Jokowi sendiri hal bisa berakibat kontraproduktif. Yakni kesan dan anggapan di kalangan masyarakat dirinya tengah mengadakan "barter politik" dengan negara-negara asing. Jokowi berharap dibantu, dan imbalannya dia akan mengamankan kepentingan asing.

"Maka, implikasi negatifnya, anggapan Jokowi sebagai capres boneka tidak bisa dihindarkan lagi. Apalagi, Megawati dulu saat jadi presiden juga kebijakannya pro asing dengan program privatisasi BUMN dan juga liberalisasi industri migas melalui UU 22/2001, yang untungnya telah dibatalkan MK," tukasnya.

Karena itu pula, pertemuan tersebut bisa dibaca sebagai sinyal positif dari negara-negara asing untuk cenderung mendukung Jokowi daripada capres lain. Meski, negara-negara asing itu sebenarnya belum mengetahui visi dan misi Jokowi dalam konteks internasional dan kerja sama bilateral.

"(Jokowi) sebagai capres, dubes-dubes itu juga berhak mengenal dan mengetahui kandidat-kandidat presiden," ungkap Andar.

Makanya, boleh jadi pertemuan tersebut dimanfaatkan untuk mengetahui siapa sebenarnya Jokowi, apakah akan bersahabat dan memberikan kenyamanan bagi negara-negara sahabat atau tidak.

"Dan saya kira, pertemuan tersebut tak lebih hanya sebagai stempel dukungan asing terhadap Jokowi. Selama ini, media dan opinion leaders asing, mencitrakan positif Jokowi. Misalnya dengan memberikan penghargaan-penghargaan sebagai 'terbaik' atau 'berpengaruh'," tandas dosen FISIN UIN Jakarta ini. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya