Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei masih berjalan. Dari data sementara, Golkar masih berada di bawah PDIP. Berdasarkan hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dari data yang masuk 56,20%, PDIP mendapat 19,34 persen dan Golkar 15,32 persen.
Melihat data sementara tersebut, Partai Golkar ditengarai menghadapi ganjalan untuk keluar sebagai pemenang. Kasus video Aburizal Bakrie (ARB) berjalan-jalan ke Maldev bersama sejumlah artis dinilai sebagai penyebab berkurangnya suara Golkar.
Apakah benar seperti itu?
Direktur lembaga pemenangan pemilu Jarinusa, Deni Lesmana, menyatakan Golkar bisa saja kalah suara. "Tapi belum tentu kalah kursi," jelasnya, di Jakarta, Rabu (9/4).
Alasannya, karena masing-masing memiliki basis perolehan suara sendiri-sendiri. Jika dihitung-hitung, kekuatan dua parpol ini nyaris sama, karena sama-sama memiliki akar rumput yang kuat.
Golkar memiliki infrastruktur dan basis yang sudah dibina dan diberdayakan sejak era orde baru dulu. Hal sama juga dimiliki PDIP. Partai berlambang moncong putih ini memiliki kader-kader penguasa daerah yang cukup representatif. Potensi keduanya untuk mendulang suara dalam jumlah besar sangat dimungkinkan.
Merujuk pada hasil survei yang ada sebelumnya, selisih Golkar dengan PDIP hanya sedikit malah berada dalam
margin error. Patut diduga raihan jumlah kursi antara kedua partai ini bisa berimbang. Golkar menguasai perolehan suara di luar jawa. Sedangkan PDIP memiliki basis mengakar di Jawa. Harga kursi di luar Jawa lebih murah ketimbang kursi di pulau jawa yang sebagian besarnya dikuasai PDIP.
Wasekjen DPP Golkar, TB Ace Hasan Syadzily, menyatakan Golkar berupaya maksimal untuk menjadi partai pemenang pemilu. Komitmen internal Golkar adalah meraih perolehan suara maksimal dalam pileg. "Kami pasti bisa," jelasnya.
[zul]