Indonesia menghadapi beberapa tantangan berat agar bisa mencapai kemajuan. Tantangan pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang menurun.
"Kemarin 6 (persen) lalu (menjadi) 5.8 persen dan perkiraan adalah 5.5 (persen)," ungkap mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara Dialog Politik Nasional Menyongsong Perubahan Kekuasaan di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta (2/4).
Tantangan kedua adalah defisit anggaran. Dalam berbagai kesempatan, JK sering mengungkapkan keresahannya atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang membuka keran impor lebar-lebar dan melakukan malpraktik dengan menaikkan sukubunga. Kebijakan pemerintah bukan menaikkan produktivitas tetapi menambah biaya dan menahan pembangunan.
"(Tantangan) Kedua (adalah) defisit (anggaran). Kita kembali berutang," ujar JK di hadapan ratusan hadirin.
Tantangan terakhir yang dihadapi negara ini adalah pemerintahan yang terkekang karena aturan anggaran yang mereka buat sendiri. Saat ini, porsi anggaran untuk pembangunan begitu kecil sehingga kemajuan sulit diwujudkan. "(Tantangan) ketiga, anggaran kita tidak bisa bergerak. Tak ada porsi untuk pembangunan," kata JK.
Tantangan-tantangan tersebut, kata JK melanjutkan, memiliki ujung yang fatal bila siapapun yang memerintah tidak mampun menanganinya. Akibat yang fatal yang ditanggung adalah ketidakadilan yang diperburuk dengan lemahnya pemerintah dalam mengambil keputusan.
"Ujung yang fatal adalah ketidak adilan. Ditambah, pemerintah tak punya kekuatan membiayai dan kekuatan untuk mengambil keputusan," papar JK.
Lepas dari itu, menurut JK Indonesia punya sumberdaya yang melimpah untuk maju. Saat ini banyak kebijakan yang dibuat untuk kemajuan. Tapi ada satu hal yang menjadi kekurangan, yakni pelaksanaannya. "Negeri ini memiliki semua sumberdaya untuk maju. Yang kurang apa di negeri ini, yang melaksanakan," tandasnya.
[zul]