Setelah buku biografi The Next One karya Budi Rahman Hakim dan Deden M Ridwan diluncurkan, kemarin muncul lagi satu karya seni yang bertutur tentang pribadi Dahlan Iskan. Karya ini dalam bentuk film berjudul Sepatu Dahlan. Film ini disutradarai Benni Setiawan yang diilhami dari novel berjudul yang sama karya Khrisna Pabichara.
Gala premiere film ini kemarin digelar di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Dahlan datang bersama istri dan keluarganya ikut menyaksikan. Sedangkan, secara serentak film ini akan diputar di seluruh bioskop 10 April nanti.
Sebelum menonton, Dahlan masuk ke Studio 2 dan membincangkan soal film ini dengan sutradara dan seluruh pemain. Para pemainnya itu adalah Donny Damara yang berperan sebagai ayah Dahlan, Kinaryosih sebagai ibu Dahlan, Bu Iskan, Aji Santosa sebagai Dahlan remaja, Amyra sebagai kakak nomor 2 Dahlan, Bima Azriel sebagai adik bungsu Dahlan, serta Mucle Katulistiwa sebagai guru voli Dahlan di MTs Takeran.
Dahlan mengaku tidak mengintervensi film ini sama sekali. "Film ini murni buatan para seniman. Saya tidak intervensi sama sekali," kata Menteri BUMN ini
Dalam kesempatan itu, Dahlan sempat berkelakar dengan mengajak para penonton untuk mencoblos pada Pemilu Legislatif tanggal 09 April 2014. "Tagline-nya 9 (April) nyoblos, 10 (April) nonton,†kata Dahlan disambut tawa.
Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini juga mengatakan tak tahu ide awal novel Sepatu Dahlan akan difilmkan. "Mungkin di saat kampanye dan menjelang pemilu saat ini, tidak ada satu orang pun yang percaya kalau saya tidak tahu ide pembuatan film. Memang saya benar-benar tak tahu," kata Dahlan.
Dahlan menceritakan, produser eksekutif film ini, Thamrin Anwar, meminta ijin akan membuat film tentang dirinya. Dahlan lantas mengijinkan dan tak ambil pusing apakah nanti film ini hasilnya jelek atau bagus.
Dahlan menegaskan bahwa dia tidak memberikan misi-misi apapun dalam pembuatan film tersebut. "Apa pesan untuk film ini, saya tidak punya pesan dan minta dibikin agar bagaimana, karena seniman itu tidak boleh dicampuri, tidak boleh dicampuri," kata dia.
Sementara sutradara film Sepatu Dahlan, Benni Setiawan menceritakan sinopsis film ini. Kata Beni, film ini berisi seputar kehidupan Dahlan sewaktu kecil. Dahlan kecil berasal dari keluarga yang kurang mampu. Bahkan, Dahlan juga tak mampu membeli sepatu. Benni mengungkapkan, film ini diangkat dari buku Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.
"Siapkan tisu saja, karena ini film sangat menyentuh,†kata Benni di depan Dahlan, pemain dan sejumlah undangan yang hadir.
Usai pembukaan sebentar itu, Dahlan menuju Studio 1. Dahlan dan istri duduk paling depan bersama sutradara dan para pemain siap-siap nonton film.
Dahlan tampak menikmati jalannya film yang menggambarkan massa kecilnya itu. Yang menarik, meski di beberapa scene merupakan adegan yang menyentuh, seperti adegan yang menceritakan Dahlan tak mampu membeli sepatu, usai film berakhir, pria Kelahiran Magetan ini tak terlihat sedih atau memegang tisu seperti saran sang sutradara di awal tadi.
Salah satu produser film ini, Rizal Kurniawan, juga menegaskan pemutaran film itu ditujukan untuk anak-anak dan keluarga. Ia tegas menampik filmnya itu sengaja diputar bertepatan dengan berlangsungnya pesta demokrasi.
â€Produksi baru bisa dilaksanakan akhir 2013. Ini masalah nasib kita baru dapat jadwal sekarang. Jangan berpikir dan disangkut-sangkutkan dengan politik, nikmati saja film ini,†kata Rizal.
Sementaraitu, Donny Damara mengaku kesulitan membawakan karakter ayah Dahlan. â€Saya belum tahu bagaimana bisa membawakan gesture dan cara berbicara Bapak Dahlan,†kata dia.
Meskipun demikian, Donny mendapatkan satu hal disampaikan dalam film ini. â€Kemiskinan bukanlah hal yang patut diratapi, tapi untuk dihadapi. Kita harus bisa membedakan mana yang kebutuhan dan kemauan,†kata dia.
Kinaryosih, mengaku grogi ketika memerankan ibu Dahlan. Dia takut pembawaannya tidak sesuai dengan keinginan Dahlan.
â€Untungnya, bapak memberikan kebebasan untuk saya. Bapak bilang, 'Ibu suaranya lembut kayak kamu. Ibu suka dikuncir.' Dari situ Alhamdulillah, aku tidak terlalu deg-degan lagi,†kata dia.
[***]